Apakah Kebenaran Subjektif-Objektif Sama dengan Kebenaran Riil?

Akhirnya, pencarian kebenaran dalam filsafat ilmu tentu menjadi perdebatan panjang setiap ilmuwan. Pencarian kebenaran yang mutlak dalam filsafat ilmu sesungguhnya membutuhkan diskursus rasional antara subjek dan objek, melalui daya nalar yang kritis demi kebenaran yang dicari. Hal ini bisa terjadi dengan bertitik tolak pada pengetahuan ilmiah yang butuh pengujian terus menerus karena setiap pencarian kebenaran dalam filsafat ilmu, pikiran bahasa dan kenyataan harus bersatu padu menemukan kebenaran yang pasti. Gagasan Paul Teller bisa menjadi acuan dalam pembuktian kebenaran. (Paul Teller, “Representation in Science,” in Stathis Psillos and Martin Curd (eds), The Routledge Companion to Philosophy of Science (London: Routledge, 2008)., p. 435.) Bagi Teller dalam mendefinisikan kebenaran, senantiasa diperlukan evaluasi lanjut dengan tetap menyadari bahwa kebenaran tidak pernah bersifat mutlak, ia selalu in exact dalam kondisi yang dinamis. Jadi yang diterima adalah yang presisi.

Last but not least, filsafat ilmu menunjukkan corak riil dunia. Hal ini menegaskan bahwa filsafat ilmu/kebenaran adalah suatu fakta yang tidak dapat diandaikan begitu saja. Tujuan filsafat ilmu adalah untuk menunjukkan bahwa fakta realitas sudah berdasarkan fakta yang teruji oleh indera melalui penelusuran empiris subjek. Dengan demikian maka corak filsafat ilmu/kebenaran adalah apa yang akan mutlak bukan hanya berdasarkan subjektivitas semata tapi berdasarkan objektivitas juga. Dalam kondisi ini, fakta subjek-objektif sudah teruji oleh indera melalui penelusuran empiris. (*)