Sejarah
Kisah Marie Antoinette, Korban Kampanye Pembunuhan Karakter, Hidupnya Berakhir di Guillotine
Marie Antoinette sering disebut sebagai salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah dunia.
Sebelum revolusi, meskipun tidak secara resmi, perempuan dari kalangan bangsawan memiliki pengaruh tertentu dalam pengambilan keputusan.
Namun, para revolusioner ingin mengubah hal ini. Mereka ingin menciptakan sebuah masyarakat di mana kekuasaan hanya berada di tangan laki-laki.
Marie Antoinette bukanlah satu-satunya perempuan yang kehilangan kepala selama transisi pertama Prancis menuju republik. "Olympe de Gouges, yang menulis 'Deklarasi Hak-Hak Perempuan dan Warga Perempuan', juga dipenggal," kata Gildea kepada Live Science.
Target utama propaganda
Dalam preambula Revolusi Prancis, Marie Antoinette dituduh memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap suaminya, Louis XVI. Tuduhan ini menjadi landasan bagi para revolusioner untuk melancarkan kampanye hitam terhadap sang ratu.
Dengan memposisikan Marie Antoinette sebagai sosok yang jahat dan manipulatif, mereka berhasil membenarkan tindakan-tindakan kekerasan yang mereka lakukan.
Robert Gildea, seorang sejarawan terkemuka, menjelaskan bahwa "rumor tentang Marie Antoinette berkembang pesat sekitar waktu revolusi pertama ketika dia masih hidup. Dia dituduh memiliki kekasih pria dan wanita bahkan hubungan inses dengan putranya."
Tuduhan-tuduhan yang sangat keji ini bertujuan untuk menghancurkan reputasi Marie Antoinette dan memisahkannya dari rakyat.
Bahkan, mitos terkenal tentang Marie Antoinette yang berkata "biarkan mereka makan brioche" juga menjadi bagian dari kampanye penghancuran karakter ini. Namun, asal-usul kalimat ini ternyata jauh lebih tua.
Filsuf dan penulis, Jean-Jacques Rousseau, yang karyanya kemudian memengaruhi revolusi, mungkin adalah orang pertama yang menuliskan frasa tersebut pada tahun 1767.
"'Biarkan mereka makan brioche' awalnya ditemukan dalam salah satu novel Jean-Jacques Rousseau, di mana ia mengaitkan kalimat ini dengan salah satu karakter fiktifnya yang berasal dari aristokrasi Prancis abad ke-18," kata Maior-Barron.
Namun, dalam kasus Marie Antoinette, para pencemar nama sang ratu mungkin termotivasi oleh lebih dari sekadar seksisme murni—dia juga menghadirkan ancaman nyata bagi para republikan.
Marie Antoinette lahir dalam keluarga kerajaan Habsburg Austria yang kuat sebelum menikah dengan Louis.
Ketika pemberontakan bersenjata melawan mahkota Prancis mulai meningkat, dia menulis kepada saudara-saudaranya di rumah untuk mencoba membuat mereka menginvasi Prancis dan menyelamatkan monarki.
Ketika kekuatan-kekuatan ini menginvasi Prancis, Marie Antoinette dilihat sebagai pengkhianat," kata Gildea.
Pada akhirnya, keluarga Habsburg gagal menghentikan revolusi, Marie Antoinette dipenggal, dan para pemenang dibiarkan menulis buku sejarah.
Kisah AH Nasution, Pahlawan Nasional Indonesia, Konseptor Perang Gerilya yang Mendunia |
![]() |
---|
Kisah Amir Syarifuddin, Pejuang Tiga Zaman: Kolonial, Jepang, dan Revolusi RI |
![]() |
---|
Kisah di Balik Nama Es Teler: Dari Celetukan Mahasiswa UI hingga Legenda Metropole |
![]() |
---|
3 Agustus dalam Sejarah: Mantan Presiden Soeharto Jadi Tersangka Korupsi Rp 600 Triliun |
![]() |
---|
Kisah Tsar Terakhir Rusia: Kejatuhan Nicholas II dan Runtuhnya 300 Tahun Kekuasaan Romanov |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.