Sejarah
Kisah Marie Antoinette, Korban Kampanye Pembunuhan Karakter, Hidupnya Berakhir di Guillotine
Marie Antoinette sering disebut sebagai salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah dunia.
Jika kita mengira bahwa masalah hanya terletak pada perbedaan antara "kue" dan "brioche," kita salah besar. Denise Maior-Barron menegaskan bahwa tidak ada bukti kuat yang menunjukkan sang ratu pernah mengucapkan kata-kata tersebut atau kalimat serupa lainnya.
"Marie Antoinette tidak pernah mengucapkan kata-kata ini atau hal serupa lainnya," ungkap adjunct professor di Claremont Graduate University, California, yang penelitiannya meneliti penggambaran karakter Marie Antoinette pada masa kini.
"Sementara Louis, ia hadir dalam semua film yang menampilkan Marie Antoinette, tetapi digambarkan sebagai pendamping yang lemah dan menyedihkan. Ini adalah salah satu kesalahan penggambaran yang besar," ujarnya, seperti dilansir dari laman Live Science.
Lalu, dari mana asal-usul mitos ini?
Prancis telah mengalami banyak revolusi. Yang pertama, pada tahun 1789, berakhir sangat buruk bagi Marie Antoinette dan suaminya, Louis XVI.
Abad berikutnya kemudian melihat negara tersebut berganti-ganti antara monarki dan republik, dengan masing-masing pihak terlibat dalam perang propaganda selain pertempuran bersenjata.
Selama salah satu revolusi berikutnya, jauh setelah eksekusi Marie Antoinette, kesalahan kutipan itu pertama kali terjadi.
"Kesalahan atribusi kepada Marie Antoinette tidak terjadi pada abad ke-18, tetapi selama Republik Prancis Ketiga dimulai pada tahun 1870, ketika sebuah program rekonstruksi masa lalu sejarah dilakukan dengan cermat," kata Maior-Barron kepada Live Science.
Pada masa itu, Prancis tengah melakukan rekonstruksi sejarah secara besar-besaran. Dalam prosesnya, banyak cerita dan tokoh sejarah diubah dan dibentuk sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
Korban kampanye pembunuhan Karakter para Revolusioner Prancis
Setelah berhasil menggulingkan Napoleon III pada dekade 1870-an, para republikan Prancis memulai sebuah kampanye sistematis untuk menghancurkan reputasi Marie Antoinette.
Tujuan mereka jelas: melemahkan pengaruh monarki dan mengukuhkan legitimasi republik.
"Dalang-dalang Revolusi Prancis menghancurkan monarki Prancis dengan terus-menerus menyerang, dan akhirnya menghancurkan, simbol-simbol terpentingnya: raja dan ratu Prancis," ungkap Maior-Barron. "Untuk alasan ini, jenis klise 'Biarkan mereka makan kue' terus bertahan."
Namun, upaya untuk mencemarkan nama Marie Antoinette tidak hanya didorong oleh motif politik. Seksisme juga memainkan peran penting dalam pembentukan citranya yang negatif.
Meskipun Louis XVI, sebagai raja, juga bertanggung jawab atas kondisi Prancis yang kacau, namun reputasinya tidak sehancur istrinya.
"Revolusi Prancis mencoba mengecualikan perempuan dari kekuasaan politik," kata Robert Gildea, seorang profesor sejarah modern di Universitas Oxford, Inggris.
Kisah AH Nasution, Pahlawan Nasional Indonesia, Konseptor Perang Gerilya yang Mendunia |
![]() |
---|
Kisah Amir Syarifuddin, Pejuang Tiga Zaman: Kolonial, Jepang, dan Revolusi RI |
![]() |
---|
Kisah di Balik Nama Es Teler: Dari Celetukan Mahasiswa UI hingga Legenda Metropole |
![]() |
---|
3 Agustus dalam Sejarah: Mantan Presiden Soeharto Jadi Tersangka Korupsi Rp 600 Triliun |
![]() |
---|
Kisah Tsar Terakhir Rusia: Kejatuhan Nicholas II dan Runtuhnya 300 Tahun Kekuasaan Romanov |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.