OPINI
Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pemilih di Pilkada Sulawesi Utara 2024
Tidak sedikit pemilih lebih terpengaruh serangan fajar ketimbang kampanye yang mempresentasikan pembangunan jangka panjang pada setiap pilkada.
Selalu ada dorongan yang membuat seseorang memilih, walaupun orang tersebut berpikir bahwa dia memilih dengan bebas sesuai kehendaknya.
Sebagai contoh, pernahkah pembaca yang budiman memiliki pengalaman ketika hendak beli sesuatu, katakanlah beli rokok, namun yang terjadi justru membeli lebih dari satu item yang tidak direncanakan sebelumnya? (Apalagi jika baru gajian).
Awalnya hanya niat beli rokok, tapi di luar rencana, tiba-tiba juga turut beli biskuit, kopi, dan minuman dingin.
Atau pergi ke mal dengan niat jalan-jalan, namun yang terjadi justru uang belanja habis karena membeli sesuatu yang tidak ada dalam rencana sebelumnya?
Inilah apa yang dimaksud Thaler sebagai “Arsitek Pilihan yang mengatur konteks di mana orang membuat keputusan”
Dasar berpikir ini juga menjelaskan kenapa salah satu paslon dalam pemilu yang telah merancang road map untuk membangun daerah demi kesejahteraan rakyat dalam suatu kampanye yang memakan banyak biaya, namun dipatahkan oleh satu dorongan 'arsitek pilihan' semacam serangan fajar.
Lantas, mengapa beberapa pemilih lebih terpengaruh dengan daya dorong serangan fajar ketimbang kampanye yang mempresentasikan pembangunan jangka panjang untuk kesejahteraan rakyat?
Jawaban pertanyaan ini terkait penjelasan saya di point ketiga yakni tentang dua sistem berfikir manusia, yang turut berpengaruh dalam menentukan pilihan.
Politik uang atau dikenal dengan 'serangan fajar' telah dilarang dalam Undang-undang sebagaimana tertuang dalam Pasal 278 ayat (2), 280 ayat (1) huruf j, 284, 286 ayat (1), 515 dan 523 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum (selengkapnya, silahkan googleing atau gunakan Chat GPT).
Saya kurang pfaham apakah masyarakat Indonesia telah terpapar politik uang atau tidak.
Namun, katakanlah sebagian orang telah terpapar 'serangan fajar'. Pertanyaannya, mengapa lebih memilih serangan fajar ketimbang visi-misi para paslon?
Dalam point ketiga, saya menjelaskan bahwa dalam riset Richard Thaler yang dijelaskan dalam buku Nudge bahwa pada prinsipnya manusia memiliki dua sistem berpikir yaitu sistem berpikir otomatis dan sistem berpikir reflektif.
Sistem otomatis adalah sistem cepat dan naluriah. Tidak melibatkan apa yang biasanya dikaitkan dengan 'berpikir'.
Ketika orang meloncat saat ada ular tiba-tiba melintas di dekatnya atau mengumpat saat menginjak kotoran, maka orang tersebut menggunakan sistem otomatis.
Studi Leiberman (2002) dan Ledoux (1998) menjelaskan bahwa sistem otomatis terkait dengan bagian-bagian otak yang paling tua yang juga dimiliki kadal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.