Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hikmah Ramadhan

Ramadhan : Bulan Menata Hati

Hati menjadi tempat krusial bagi setiap Mukmin untuk berniat melaksanakan setiap ibadah; mahdhah maupun ghairu mahdhah.

Kolase/HO
Yusno Abdullah Otta, Direktur Pascasarjana IAIN Manado 

Fungsi dari jenis hati ini bersifat fisik semata, dan bukan ini yang dimaksud oleh al-Ghazali dalam bukunya tersebut.

Namun, yang dimaksud hati oleh al-Ghazali adalah lathifah rabbaniyah dan ruhaniyah yang menjadi hakikat kemanusiaa seseorang yang berfungsi sebagai instrumen untuk mengenal (al-mudrik), mengetahui (al-alim), dan mendalami (al-‘rif).

Dengan ketiga fungsi ini, hati jenis juga yang menjadi al-mukhatab (penerima), al-mu’aqab (terhukum), al-mu’atab (tercela), dan al-muthalab (yang diminta).

Al-Ghazali juga membagi tingkatan hati menjadi lima tingkat yaitu:

dada (صدر), hati (قلب), Fuad (فؤاد), Lubbun (لب) dan Sirrun (سر) (Ihya: .

Shadrun merupakan bagian terluar dari hati yang ditempati oleh qalbun, fuadun, lubbun dan sirrun. Sementara Sahl al-Tustari berpandangan bahwa hati adalah ‘arsy dan shadrun adalah kursi.

Al-Ghazali juga menyatakan bahwa hati yang bersifat fisik tidak akan pernah bisa dimanfaatkan untuk memahami obyek dan realitas yang sifatnya metafisik; karena tidak lebih sekadar segumpal daging.

Terlebih lagi segumpal daging ini tidak memiliki hubungan yang baik dengan Pencipta, bahkan faktanya menjadi tempat bersemayamnya berbagai jenis penyakit hati seperti hasad, sombong dan kikir maka inilah jenis hati yang digambarkan oleh Nabi saw dalam hadits beliau di atas.

Hati jenis ini benar-benar telah kehilangan fungsi spiritual yang berfungsi untuk menjalin jaringan dengan Pencipta.

Karena itu, al-Ghazali berargumen bahwa mengenali fungsi dan peran hati secara hakikat merupakan awal pengetahuan dalam mempelajari agama serta menjadi fondasi utama bagi pejalan spiritual.

Hati merupakan instrumen terbaik bagi manusia untuk menyingkap tirai yang terbentang antara dirinya dengan hakikat kediriannya. Hati, tegas al-Ghazali, adalah pintu utama dan terpenting bagi seseorang dalam mengenali hakikat kemanusiaannya, “siapa yang mengenali dirinya, maka dia telah mengenali Tuhannya” (Ihya: 2). Jika, seseorang tidak mengenali (bodoh) terhadap hati dan jiwanya, maka berarti “sungguh terdapat penghalang antara dirinya dengan diri mereka sendiri” (Ihya: 3).

Sosok seperti demikian adalah “orang yang melupakan “hakikat” jati diri mereka, karenanya Allah akan melupakan mereka kelak di hari Akhir (al-Qur’an).

Bulan Ramadhan dihadirkan Allah sejatinya menjadi media sekaligus momentum terbaik bagi setiap Mukmin untuk me-refresh kualitas hatinya yang boleh jadi telah mengalami kontaminasi dengan sesuatu yang berpotensi mengganggu fungsi dan perannya secara esensial.

Sejatinya moment terbaik dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk perbaikan sekaligus peningkatan kualitas hatinya.

Bagi yang berhasil menjaga “kualitas” hati mereka selama sebelas bulan, maka bulan Ramadhan ini juga merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan lagi kualitas hatinya ke jenjang yang lebih tinggi, misalnya pada level fuad atau lubbun.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved