Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hikmah Ramadhan

Takjil Versus Konsumerisme

Fenomena pasar takjil yang biasa terjadi di bulan Ramadhan adalah tiadanya aturan penjualan makanan yang standar untuk berbuka.

Kolase/HO
Ali Amin, PhD, Kepala Pusat Moderasi Beragama IAIN Manado. 

Di sebuah kota di Jawa misalnya saya mendapatkan pedagan es yang diam-diam mencampurkan zat pewarna untuk produk jus mangga yang dijualnya tanpa memberitahu ke konsumennya.

Banyak pula makanan digoreng dengan minyak yang sudah berwarna hitam karena berkali kali dipakainya. Aneka rupa makanan dengan warna warni yang mencolok, belum tentu semuanya menggunakan pewarna yang sehat.

Absenya berbagai pihak untuk bersikap lebih kritis dengan menjamurnya fenomena pasar takjil tersebut sekali lagi dipengaruhi tradisi dan hukum sosial berpuasa yang harus menjauhi prasangka sehingga pengawasan terhadap pasar takjil sepertinya tidak pernah dibicarakan dalam wacana publik.

Dalam ajaran adab berpuasa misalnya menurut Imam Al-Ghazali (Majmuah Rasail) pada urutan yang pertama adalah makanan yang baik.

Berpuasa akan menyehatkan kalau diawali (sahur) dan diakhiri (buka) dengan makanan yang baik. Tidak banyak keterangan tentang jenis makanan yang baik ( susu, madu daging) ;kecuali soal tidak merusak kesehatan dan halal perolehannya.

Sebagai urutan pertama dari enam adab kesempurnaan berpuasa menurut Al-Ghazali makanan sebenarnya ini penting sekali untuk diperhatikan. Di masa hidupnya mungkin Alghazali tidak menemui pedagang pasar takjil seperti sekarang yang mempunyai beragam motivasi.

Sekarang pedagang bermotivas tidak hanya membantu memudahkan persiapan buka puasa untuk yang berpuasa namun juga mencari untung di tengah ketatnya persaingan.

Jika dikaitkan dengan saran Al Ghazali di atas tentang keharusan makanan yang baik, dan demi jaminan perlindungan konsumen harus ada regulasi di publik untuk menjamin ketersediaan makanan yang berkualitas dan harga terjangkau.

Jangan sampai terlalu baiknya orang di bulan puasa menjadikan para pedagang, pembeli dan pemerintah abai terhadap pengawasan makanan yang ada.

Di luar sana banyak sekali para pedagang yang tetap lebih setia dengan orientasi kapitalisme daripada ancaman tertolaknya pahala puasa.

Di luar sana juga banyak pedagang yang masih berfikir "memanfaatkan psikologi postif orang yang berpuasa"

Mencuatnya trending war takjil dan vlog vlog takjil harus disadari semua pihak fenomena pasar takjil telah menjadi tradisi khas Indonesia saat ini dan tahun-tahun yang akan datang yang patut dijaga eksistensinya.

Kebaikan kebaikan yang terjadi dalam pasar takjil seperti adanya war takjil harus disertai kesadaran semua pihak agar makanan yang tersedia tidak hanya ramai warnanya, murah harganya, manis rasanya tapi sehat bagi yang mengonsumsinya. (*)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved