MR: Saya rasa bukan hanya di Sulawesi Utara. Ada tiga tahapan, pertama harus dikenal. Dikenal ini kan investasinya harus besar, panjang, bagaimana supaya instan? Kalau instan ini instruksi setan ini. Jadi instan itu kelihatannya enak, tapi kalau kebanyakan jadi penyakit. Jadi maksud saya pertama dikenal, kedua disayang. Untuk disayang ini juga butuh waktu. Setelah itu dipilih. Bagaimana bisa dipilih kalau dia nggak dikenal? Bagaimana bisa dipilih kalau tidak disayang masyarakat. Untuk dua-duanya ini kalau diloncati langsung supaya bisa disayang dan dipilih ya itu, bagi-bagi duit. Misalnya dia dari mobil dia melempar duit, akhirnya dikenal bagi-bagi duitnya. Apakah itu menjadi kriteria dalam pemilihan pemimpin atau wakil daerah? Kalau cuma seperti itu mohon maaf, biarpun orang gila kalau banyak duit ya jadi terpilih. Kalau orang waras atau dia berpendidikan dan dia takut Tuhan, ada tiga nilai yang kita kejar dalam hidup ini kan. Ada nilai hidup, nilai ilmu, nilai harta. Nah sekarang yang mau kita kejar mau menjadi sesuatu, mau apa? Nilai harta atau nilai hidup? Kalau nilai hidup seperti sitou timou tu mou tou, manusia hidup untuk memanusiakan orang lain, harusnya kan. Tetapi kalau motivasinya mau kaya, bisa menghalalkan segala cara. Bisa dari rumah jabatan ke rumah tahanan. Ini banyak yang terjadi seperti itu karena motivasi. Motivasi itu sangat penting di dalam mau melakukan sesuatu. Untuk mau dikenal ini biayanya besar ya, untuk mau disayangi lebih besar. Jadi waktunya nggak cukup, bagi-bagi duit aja seolah-olah ini orang baik. Kalau memang orang baik, kenapa nggak dari lalu-lalu? Kalau saya kenapa Bu Maya bisa tiga kali? Karena ya saya sudah dari dulu-dulu suka pergi membawa sumbangan. Saya tidak pernah tau mau menjadi senator lah, anggota DPD lah, saya nggak pernah tahu. Saya memang suka memperhatikan orang-orang susah. Dan ini sudah menabur dulu. Ketika saya pergi pada waktu sudah menjadi senator misalnya ada banjir bandang kemarin, dalam rangka Natal atau Lebaran, ya saya berkunjung lah ke panti-panti asuhan. Ini kan tidak saat baru mau bertanding. Ada satu orang yang dulunya itu penghuni panti asuhan dan sekarang dia sudah jadi pengurus. Waktu saya datang ke sana, dia tunjukkan foto-fotonya. Usia 20an saya sudah berkunjung ke mereka, sambil menyanyi sambil kegiatan sosial saya jalan terus. Lalu ada juga misi-misi perdamaian antar umat beragama. Jadi semua agama itu kenal, dan tokoh-tokoh agama itu kenal karena setiap kali saya bikin kegiatan pasti ada doa antar umat beragama. Ini jawaban kenapa bisa hattrick. Investasi jangka panjang yang mana kita lakukan itu dengan ketulusan, keikhlasan tanpa harus nanti supaya saya dapat kembali duitnya. Jadi maaf aku berbeda. Saya juga tahu suara saya banyak dicuri-curi ya. Tapi saya berdoa saja sama Tuhan. Tuhan tidak buta, Ia selalu melihat siapa yang melakukan kejahatan. Buat saya kita berani bertanding harus siap menang, siap kalah. Setiap orang ada dalam rencana Tuhan. Tidak usah menjelekkan, bertanding dengan prestasi.
TM: Pemilu 2024 didominasi pemilih muda. Bagaimana Ibu Maya menarik suara milenial dan gen z?
MR: Dari dulu sampai sekarang itu sama, yang Tuhan tanamkan dalam saya itu harus menyelamatkan generasi masa depan. Jadi yang saya bawa adalah Sulut bersinar, Indonesia bersinar. Dari daerah untuk Indonesia. Selamatkan generasi masa depan. Tujuan saya untuk mengikuti perhelatan ini adalah salah satunya menyelamatkan generasi milenial, z, dan seterusnya. Kita ini kan terus bertambah usia, kita harus mempersiapkan kader. Pemimpin yang berhasil adalah berpikir jauh ke depan dan mempersiapkan kader-kader untuk siap menerima tongkat estafet. Karena baik atau tidak baik, siap atau tidak siap, ini harus disiapkan. Kalau memang keluarganya berkualitas, silakan tapi jangan dipaksakan harus menggantikan posisinya. Jadi yang harus diutamakan adalah kualitas sumber daya manusia, dan ada prestasi yang pernah dilakukan tidak. Jangan pernah dipaksakan karena setiap warga negara berhak terlibat di dalam pembangunan bangsa. Jadi kita harus membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapapun. Tergantung kita leadingnya bagaimana. Kalau kita biasakan sepeti itu ya kita berarti sedang menabur penyakit kepada masyarakat. Tapi kalau kita menabur kriteria dalam memilih pemimpin, ya itu jangan yang baru bertobat. Kita harus memilih yang punya nama baik, bukan hamba uang, bukan pemarah, suka mabuk. Jadi jangan apa-apa duit. Pemimpin itu sangat berpengaruh kepada masyarakat yang dipimpinnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.