Catatan Wartawan
Manado Abad 16: Lahirnya Borgo hingga Kisah Raja Posuma dan Damopolii Dibaptis Diego de Magelhaes
Saat Maluku berhasil dijejaki pada tahun 1512, beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1523, Manado dijadikan tempat persinggahan.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Kota Manado pernah menjadi saksi sejarah, manis dan getirnya hubungan orang Eropa dengan penduduk Pribumi.
Masa di mana para pribumi Manado bersentuhan langsung dengan orang-orang Eropa (Portugis dan Spanyol) dan Mestizo (peranakan eropa) dari Maluku.
Persentuhan yang dikemudian hari bermetamorfosis menjadi satu etnik baru di Jazira Utara Pulau Celebes, etnik yang disebut Borgo.
Praktis, borgo adalah etnis yang lahir dari hasil perkawinan orang Eopa dengan penduduk asli Manado.”
Berawal dari kedatangan Portugis dan Spanyol untuk mencari pusat rempah di Kepulauan Maluku pada abad ke-16.
Saat Maluku berhasil dijejaki pada tahun 1512, beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1523, Manado dijadikan tempat persinggahan sebelum para pelaut Portugis bertolak ke Malaka (sekarang Malaysia).
Orang Portugis dan Spanyol kebanyakan lajang, dan kemudian mereka menikah dengan orang-orang Maluku.
Dari pernikahan itu lahirlah orang yang disebut Meztizo.
Istilah Mistico mengacu pada orang yang lahir dari ibu Pribumi dan ayah Eropa.
Ketika Portugis dan Spanyol datang ke Manado, banyak dari orang-orang Mestizo asal Maluku turut dibawa ke Manado, sebagai bagian dari serdadu Portugis.
Di Manado, orang-orang Meztizo ini membaur dan bergaul dengan penduduk setempat hingga terjadilah perkawinan.
Sementara orang-orang Portugis dan Spanyol juga menikah dengan penduduk Manado.
Selanjutnya, penguasa Portugis di Maluku intens mengirim utusannya ke Manado untuk menjalin hubungan dengan penguasa setempat.
Misi mereka, selain menjadikan Manado sebagai pelabuhan yang bisa mendukung pergerakan mereka ke wilayah-wilayah terdekat, juga dalam rangka menyebarkan iman katolik.
Posumah dan Damopolii
Sejarawan Sem Narande dalam buku berjudul Vadu La Paskah mengungkap, pada tahun 1563 utusan Portugis Peter Diego De Magelhaes datang dari Ternate ke Manado.
Ia dijemput oleh Raja Manado waktu itu, Kinalang Damopolii dan Raja Siau Posuma bersama 1500 orang rakyat.
“Raja Posuma sendiri adalah putra dari Raja Lokongbanua (keturunan bangsawan Bowentehu) yaitu raja pertama di kerajaan Siau. Kedua Raja serta 1500 orang itu meminta Peter Diego De Magelhaes dari gereja Roma Katolik, zaman Portugis; untuk dibaptis!” tulis Sem Narande (Valdu La Paskah, 1980, 333).
Sementara Kinalang Damopolii, adalah Datuk atau Raja dari Bolaang Mongondow yang berkedudukan di Manado.
Kedatangan Belanda
Sekitar tahun 1600-an Perusahaan Dagang milik Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie atau disingkat VOC datang ke Manado dan menyingkirkan pengaruh Portugis-Spanyol.
Kedatangan Belanda membuat perubahan di Kota Manado.
Pengaturan Hukum Eropa Modern mulai berlaku. Meski begitu, awal kedatangan Belanda tidak secara langsung mengubah aturan masyarakat adat yang sudah ada di Sulawesi Utara.
Walhasil status warga keturunan Eropa yang disebut Mestizo kian tidak jelas.
Saat Belanda datang, orang-orang Mestizo ini sudah menjadi warga Kota Manado. Mereka tidak mungkin ke Eropa, karena itu bukan kampung mereka
Di Manado juga mereka tidak diakui sebagai Pribumi, jadi tidak bisa ikut aturan hukum adat Pribumi.
Belanda kemudian menerbitkan aturan bagi orang-orang Mestizo ini. Karena darah campuran mereka, maka penguasa Belanda kala itu menerbitkan aturan yang membuat mereka punyai posisi istimewa yakni Vrijburger, yang berarti warga negara bebas.
Alasan lain, karena banyak juga orang-orang Belanda yang kawin dengan penduduk setempat.
Dari Vrijburger berkembang menjadi istilah Burger, lalu Borgor dan akhirnya lewat lidah warga lokal terciptalah istilah Orang Borgo.
Meski bangsa Eropa dan Mestizo dari Maluku yang datang ke Manado umumnya beragama Kristen, namun tidak semua orang Borgo beragama Kristen.
Banyaknya kawin campur antara orang Eropa dengan pribumi Manado membuat istilah Borgo berubah menjadi satu etnik baru di Sulawesi Utara.
Sebagaimana umumnya orang Sulawesi Utara yang identik dengan marga atau fam di bagian akhir namanya, orang Borgo juga punya marga. Orang Borgo biasanya memiliki marga khas Eropa.
Beberapa marga tersebut seperti Andries, Aruperes, Boham, Boulegraa, Canon, Caroles, Corneles, De Joung, Eman, Frederick, Gosal, Golose, Heydemans, Jocom, Kloers, Lefrand, Meyer, Mekel, Oehlers, Parera, Richter, Schraam, Tamara, Voges, Van Essen, Weydemuller, Wowor. Keiler dan Zeekeon, Onsent, Areros, dan Pieterz. (tribunmanado.co.id/Rizali Posumah)
SUMBER: Masa Lalu Bowentehu, Kedatangan Bangsa Eropa dan Lahirnya Etnis Borgo di Manado.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.