Catatan Wartawan
Kisah Cakrabirawa Anti PKI dari Minahasa Sulawesi Utara, Nyaris Hajar Letkol Untung
Seorang Cakrabirawa asal Minahasa membagikan kisah hidupnya. Ia mengaku nyaris menghajar Letkol Untung.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
Opini oleh: Arthur Rompis
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Cakrabirawa. Itulah nama pasukan pengawal Presiden Sukarno yang identik dengan peristiwa berdarah G 30 S PKI.
Buku sejarah Indonesia mencatat, mereka menculik tujuh jenderal dan membunuhnya dengan sadis.
Karena itulah, nama Cakrabirawa diidentikkan dengan sesuatu yang jahat, gelap, dan sadis, meski latar belakang G 30 S sendiri masih misteri.
Frans Pangkey adalah pengecualian.
Ia bukan arus utama Cakrabirawa.
Putra Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, ini adalah Cakrabirawa arus kecil.
Ia anti PKI.
Dia pernah nyaris memukul Letkol Untung, komandan Cakrabirawa sekaligus komandan lapangan G 30 S PKI.
Peristiwa itu terjadi beberapa bulan sebelum G30 S PKI meletus.
Frans Pangkey yang kini sudah berusia 82 tahun agaknya ditakdirkan untuk dekat dengan tokoh-tokoh sekitar G30 S PKI.
Selain Untung, ia pernah bersentuhan dengan Sarwo Edhi, Komandan RPKAD dan Ahmad Yani, salah satu korban G 30 S PKI.
Sarwo Edhi pernah memuji keberaniannya, sedang Ahmad Yani menambah umurnya agar bisa berperang di front Irian Barat.
Sebagai wartawan, saya beruntung pernah mewawancarai Frans Pangkey.
Bercakap-cakap dengannya sama dengan melalap ratusan buku sejarah.
Semua peristiwa ia ingat secara detail.
Bahkan ada untold story yang ia tahu dan tak pernah tercatat dalam buku sejarah.
Saya mewawancarai Frans Pangkey di rumahnya yang beralamat Malalayang pada beberapa tahun lalu.
Dia masih sehat, jalannya tegap, tulang-tulangnya kuat.
"Itu karena latihan keras di masa muda dulu," katanya.
Ia paham beberapa kata dalam bahasa Belanda.
Menanti wawancara, ia sempat menyanyikan lagu Jepang yang dulu harus dinyanyikan pada pagi hari.
"Ini lagu tentang matahari. Mungkin karena mereka sembah matahari," katanya.
Agak sulit mewawancarai Frans Pangkey karena saat ditanyai dia malah banyak menasehati.
Nasehatnya selalu agar saya mencintai Pancasila.
Karena terlalu panjang, saya rangkum saja isi wawancara tersebut.
Frans Pangkey muda adalah pengawal Alex Kawilarang, pentolan Permesta.
Usianya kala itu masih belasan tahun.
Frans Pangkey dipercaya Alex karena sangat pemberani.
Saat mendampingi Alex bertemu dengan Nasution dalam perundingan damai Permesta-RI, Frans Pangkey sempat mendengar Alex Kawilarang memperingatkan Nasution akan bahaya PKI.
Ini bagai ramalan akan kematian para jenderal.
"Nasution katakan jangan jadi katak dalam tempurung, kemudian dibalas Alex, kamu hati hati dengan PKI," katanya.
Permesta bubar.
Frans Pangkey termasuk satu orang yang direkrut TNI untuk bertarung di Irian Barat.
Saat seleksi ia nyaris tidak diangkut karena umurnya belum cukup.
"Pak Yani lihat saya berani, makanya dia tambahkan umur saya," katanya.
Di belantara Papua, ia bergabung dengan pasukan di bawah pimpinan Kumontoy.
Mereka dikenal berani dan punya ilmu kebal.
"Tak ada yang mati di pasukan kami," kata dia.
Dari belantara Papua, ia pindah ke tanah Jawa.
Baca juga: Berikut Bahan Kebutuhan Pokok yang Alami Kenaikan Harga di Manado Sulawesi Utara, Daging Ayam Juga
Baca juga: Fakta Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17 2023, Presiden FIFA Ungkap Alasannya
Saat itu ada seleksi untuk direkrut jadi pasukan Cakrabirawa, dan Frans Pangkey mengikutinya.
Sarwo Edhi yang kelak dikenal sebagai penumpas PKI memimpin sendiri seleksi itu.
Suatu kali, Sarwo Edhi minta ada yang maju untuk dijadikan sasaran lempar pisau.
Hanya Frans Pangkey yang berani maju.
Sarwo Edhi kemudian melempar pisau.
Beberapa diantaranya kena ke tubuh Frans Pangkey.
Herannya, ia tak terluka.
Sarwo Edhi kagum.
"Ia katakan saya berani. Katanya semua cakrabirawa harus seperti saya," kata dia.
Namun di Cakrabirawa jalannya tak mulus.
Frans Pangkey menuding ia sudah diincar kelompok pro PKI untuk disingkirkan.
Puncaknya adalah sebuah peristiwa ketika ia bertengkar dengan rekannya sesama Cakrabirawa.
Orang itu ditinjunya hingga patah gigi.
Frans Pangkey pun dipanggil Untung dan diancam.
Bukannya takut ia malah balas mengancam.
"Saya katakan Anda boleh tembak saya. Jika tak mempan, Anda yang saya hajar," kata dia.
Untung Jengah.
Frans Pangkey memang dikenal berani, jago berkelahi, dan anti peluru.
Tak lama kemudian, ia dimutasi ke satuan lain.
Beberapa bulan kemudian peristiwa G 30 S PKI pecah.

Frans Pangkey kenal siapa yang menembak para jenderal itu.
"Tapi biarlah saya yang tahu," ujar dia.
Frans Pangkey memiliki kebencian kudus pada PKI, hingga saat ini.
Untuk hal itu ia punya alasannya.
"Keadaan saat itu genting. Jika mereka yang menang semua akan dibunuh. Bayangkan saja kalau mereka yang menang, kita semua akan mati. Pilihannya membunuh atau dibunuh," katanya.
Di usia senjanya, Frans Pangkey tetap perkasa.
Ia yang sudah kena sejumlah penyakit, kena Covid-19 pula.
Namun kembali ia lolos dari maut.
"Saya pikir segera mati, tapi Tuhan masih sayang pada saya," katanya.
Kini Frans Pangkey sudah menjalani kehidupan religius.
Ilmu kebalnya sudah dibuang.
"Saya sudah ikut Tuhan Yesus," beber dia.
Namun Frans Pangkey sulit tak benci pada PKI.
Saya kira tak ada yang salah dengan itu karena ia sendiri yang mengalami.
Ia ada di dekat pusaran peristiwa paling gelap dalam sejarah Indonesia itu.
Kita yang hidup saat ini dan hanya belajar buku sejarah tak bisa menghakiminya.
Bagi saya, sejarah ditulis oleh mereka yang menang.
Belajar sejarah adalah suatu hal yang menyedihkan karena di dalamnya kita hanya melihat darah.
Dan sejarah selalu berulang.
Historie Se Repate.
Baca juga: Gempa Bumi Terkini Malam Ini Sabtu 24 Juni 2023, Baru Saja Guncang di Laut, Info BMKG Magnitudo 5,0
Baca juga: Gempa Malam Ini Sabtu 24 Juni 2023, Terjadi di 227 Km Barat Laut di Maluku, Magnitudo 5,0 SR
Tapi saya berdoa agar peristiwa berdarah seperti G 30 2 tak terulang lagi.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.