Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Berpikir Kritis Vs Pragmatisme

Proses pemilihan pimpinan perguruan tinggi yang dilatarbelakangi oleh konflik kepentingan yang terlalu kental nuansa politik dan jabatan menjadi ironi

Editor: David_Kusuma
Dok Tribun Manado
Adi Tucunan 

Kita perlu mendorong semua civitas akademika untuk mempercepat reformasi Pendidikan di perguruan tinggi yang akhir-akhir ini mulai dipertanyakan kredibilitasnya sebagai institusi pengayom moral. Civitas akademika terbesar bernama mahasiswa harus bisa berpikir kritis menyikapi banyak keadaan di tengah-tengah kampus maupun masyarakat, tapi sayang sekali masih banyak yang diam. Menurut Profesor John Bardi dari Penn State University, kualitas intelektual yang dijumpai dalam ruang kelas perguruan tinggi semakin memburuk setiap tahun.

Ini artinya, kita berhadapan dengan situasi di mana ada banyak orang muda yang mulai menjadi tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan kehidupan sekitar mereka termasuk perguruan tinggi tempat mereka belajar. Mereka terlampau sibuk dengan urusan mereka sendiri dan lupa ada bagian penting yang harus diperjuangkan.

Apakah karena ini juga efek dari tidak didorong oleh kualitas pendidik yang mumpuni karena sebagian besar hanya berbicara tentang sains dan lupa bahwa kegunaan sains itu adalah untuk memanusiakan orang lain?????

Nampaknya kita di perguruan tinggi seperti Unsrat harus terus diingatkan filosofi Si Tou Timou Tumou Tou, karena barangkali kita sudah tersesat jauh ke hutan belantara yang namanya korupsi kolusi nepotisme. Selalu tidak ada kata terlambat untuk mengembalikan kemampuan berpikir kritis kita untuk melawan pragmatisme sempit yang diidolakan banyak orang.

Ekonom politik sekaligus Sosiolog William Graham Summer mengatakan pemikiran kritis merupakan satu-satunya jaminan melawan delusi, desepsi, takhayul dan kesalahpahaman atas diri kita dan lingkungan sekeliling kita.

Kita tidak boleh percaya dengan pandangan bahwa kita hanya bisa sejahtera jika kita menyingkirkan orang lain dan mengambil keuntungan dengan cara tidak wajar sambil menutup mata seolah-olah tidak terjadi sesuatu padahal hati nurani kita menjerit untuk dilepaskan dari belenggu ketidakmerdekaan dalam diri kita.

Kaum cendekiawan perlu bersatu menyingkirkan kabut tebal yang menaungi dunia Pendidikan, karena di situlah mengapa kita ada, untuk saling mengingatkan,saling mendorong, bersatu dalam tekad menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik, humanis dan edukatif. Sebagai pendidik kita perlu memberikan input bagi mahasiswa untuk melihat dunia masa depan secara lebih cerdas agar mereka bisa menghidupi dunia yang mereka tempati dengan cara-cara beradab dan manusiawi. (*)

                 

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved