Opini
PILREK UNSRAT, ANTARA MERITOKRASI DAN OLIGARKI
Adakah kepentingan yang lebih besar dalam upaya menjaring pemimpin Unsrat selain meritokrasi?
Terkadang para pejabat atau birokrat di Indonesia hanya akan terdesak jika ada tekanan sosial dari publik dengan menggunakan media sosial, mereka sudah tidak takut dan punya cara mengelabui segala tekanan konvensional. Apakah kita sebagai civitas akademika perlu menjalankan petisi kepada publik untuk mendapatkan kepercayaan, agar suksesi Rektor Unsrat benar-benar bersih dari permainan oligarki, sehingga pada akhirnya meritokrasilah yang menang?
Harapan saya kepada Mendikbud Nadiem Makarim, agar menggunakan otoritasnya dengan memberikan suara kepada kandidat yang benar-benar visioner, kapabel, berintegritas, bermoral, bukan kepada kandidat yang hanya menjadi pion dari kekuasaan. Kita ingin melihat Unsrat lebih maju dan berkembang, bukan mundur karena skandal memalukan yang sering terjadi. Wahai para anggota Senat Unsrat yang terhormat, hentikan semua upaya mencari untung di rumah sendiri dengan merusak moral, tapi berikanlah semua teladan terbaik dengan menjunjung tinggi moral dan peradaban supaya slogan Unggul dan Berbudaya benar-benar dijalankan bukan sebatas retorika.