Bapontar Sangihe
Mengunjungi Lenganeng, Kampung Perajin Parang Khas Sangihe
Desa yang dikenal sebagai kampung pandai besi ini masuk wilayah Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Parang khas Sangihe ini dibuat dari besi bekas per mobil. Ada yang dibelinya di Tahuna, ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Sesekali ia beli langsung di Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara. Harganya Rp 20 ribu per kilogram.
Sedangkan harga peda sanger yang telah jadi bervariasi. Tergantung ukuran, bentuk, dan jenis besi.

Harga standar Rp 200 ribu per satu peda sanger ukuran sedang. Ukuran kecil harganya Rp 100 ribu. Besi yang digunakan besi bekas per mobil.
Kalau parang dari besi putih seperti sangkur tentara atau pedang, harganya Rp 500 ribu.
"Rata-rata laku 20-an peda setiap pekan," ujar Wiliam Kakante.
Pembeli dari Ternate
Peda sanger buatan Kipung dari Desa Lenganeng ini banyak dibeli atau dipesan orang dari Manado dan Ternate.
Seorang kapitalau (kepala desa) setempat mengungkapkan, setiap bulan rerata ada 1.000 peda sanger dari Desa Lenganeng yang dikirim ke Ternate.
Selain peda sanger, mereka juga biasa membuat peralatan pertanian sesuai pesanan.
Kadis Pariwisata Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe Femmy Montang mengatakan, keahlian para Kipung Desa Lenganeng membuat pedang dikenal sejak lama.
Sejumlah raja dan keluarga kerajaan yang pernah berkuasa di Sangihe mengoleksi pedang buatan para Kipung Kampung Lenganeng.
Satu di antaranya adalah Raja Tabukan David Jonathan Papoekoele Sarapil, putra dari Jogugu Pameras dengan permaisuri Hadindal.
David Jonathan Papoekoele Sarapil adalah sosok yang berperan penting dilepaskannya Pulau Miangas dari pendudukan Amerika melalui perundingan.
Raja Tabukan ini memperlihatkan bukti bahwa Pulau Miangas masih termasuk keluarga Kerajaan Tabukan.
