Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan J Osdar

Sulut Tidak Lupakan Seruan Bung Karno: Jasmerah

Di sini selain mengetengahkan sedikit soal Diponegoro saya juga mengkaitkan hubungan imajiner antara Peter Carey dengan Sang Pangeran.

handover
Lukisan Pangeran Diponegoro 

Dalam pengantar bukunya berjudul “Takdir - Riwayat Pangeran Diponegoro (1785 - 1855), Peter Carey, antara lain mengingatkan apa yang pernah diserukan Bung Karno dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1966.

“Istilah Jasmerah atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah yang diungkapkan sendiri presiden pertama Indonesia (1901 - 1970 dan menjabat tahun 1945 sampai 1967) dalam pidato 17 Agustus yang terakhir 1966, kini terdengar lebih benar dari sebelumnya,” demikian kata Peter Carey.

Tanpa cinta dan penghargaan pada sejarah mereka sendiri, tulis Peter Carey dalam pengantar bukunya, Indonesia akan terpecah dan orang-orang Indonesia akan hidup terkutuk selamanya di pinggiran dunia yang menggelobal tanpa tahu siapa diri mereka sebenarnya dan akan ke mana mereka pergi.

“Adalah tugas generasi generasi muda untuk menghindari jangan sampai hal ini terjadi,” kata Peter Carey.

Peter Carey nampak gembira dengan antusiasme peserta kuliah umumnya di Unsrat, Manado, Sulawesi Utara.

Perlu dicatat tentang seruan Bung Karno tentang jangan melupakan sejarah.

Manado selain punya situs sejarah sejarah Diponegoro juga punya jalan dengan nama Diponegoro serta memiliki jembatan dan patung Soekarno.

Perlu dicatat pula, kantor resmi kedua Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey sebagai Bendahara Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan juga terletak di Jalan Diponegoro, Jakarta.

Selain tempat bersejarah Diponegoro, Minahasa, Sulawesi Utara juga punya tempat pemakaman dua tokoh besar melawan kolonial Belanda yakni Kiai Modjo dan Tuanku Imam Bonjol.

Tempat-tempat bersejarah ini adalah bagian dari modal penting pariwisata.

Negara-negara pariwisata dunia, sangat memelihara dan menjual situs-situs sejarahnya. Kini Sulawesi Utara juga sedang mengejar ekonomi pariwisata bukan ?

Saya jadi ingat ketika saya mengunjungi August Parengkuan ketika beliau jadi Duta Besar RI di Italia (2012 - 2017).

Ketika memasuki rumah dinasnya di Roma, di tengah jalan masuk pintu gerbang masuk ada tiang kayu dan batu. Sehingga mobil yang dikemudikan oleh mantan wartawan Kompas itu harus hati-hati.

Ketika saya tanya kenapa tiang itu tidak dibuang saja, August mengatakan “tiang itu adalah bagian dari situs sejarah Italia yang dilindungi undang-undang”.

Betapa Italia dan negara-negara besar di dunia sangat menghormati benda-benda bersejarah, sekecil apa pun.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved