Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Inovasi Nahdlatul Ulama dalam Bingkai 95 Tahun

Paling tidak ada dua pekerjaan rumah besar yang harus dilakukan NU untuk makin meneguhkan khidmat dan komitmen kebangsaan.

Istimewa
Muhammad Awaludin Pimpinan Wilayah LKNU Sulut 

Oleh:
Muhammad Awaludin
Pimpinan Wilayah LKNU Sulut

SELAMAT hari lahir Nahdlatul Ulama ke 95 tahun. Lahir di Surabaya, tepatnya 31 Januari
1926 silam, di tengah kegelapan, keterbelakangan, kemiskinan dan kekuasaan penjajah Belanda yang mencengkeram bangsa ini, ketika itu.

Lahirnya NU berawal dari diskusi panjang antara KH Hasyim Asyari dengan KH Wahab Hasbullah di rumahnya di Surabaya. Tentu juga didukung para tokoh tersohor di Jawa dan Madura.

Gagasan para pemikir ini, lahirlah organisasi keagamaan dengan simbol bola dunia dikelilingi bintang sembilan.

Tentu dalam perkembangan 95 tahun kemudian, punya sejarah panjang dalam perjalanan bangsa ini, termasuk dalam kekuasaan.

Di tengah suasana Covid-19 yang menjerat segala aktivitas masyarakat Indonesia, NU selalu hadir dalam melakukan gerakan kemanusiaan.

Seperti memberikan bantuan sembako dan uang tunai bagi masyarakat terdampak, bantuan alat kesehatan untuk rumah sakit dan klinik, serta pengobatan dan rapid test maupun swab test antigen gratis.

Sikap itu membuktikan bahwa komitmen NU untuk kemaslahatan umat dan negara di atas segala-galanya.

Di usia yang ke-95 tahun, sudah barang tentu tantangan persoalan keumatan yang dihadapi NU makin kompleks.

Pelbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, hingga teknologi informasi sering datang tak terduga, begitu cepat, dan membawa ekses di luar perkiraan.

Lebih-lebih perubahan yang saat ini kita rasakan akibat dampak Covid-19 yang kian mengkhawatirkan.

Selain menjadi garda terdepan menyelamatkan kesehatan masyarakat, paling tidak ada dua pekerjaan rumah (PR) besar yang harus dilakukan NU untuk makin meneguhkan khidmat dan komitmen kebangsaan. Yaitu melakukan inovasi dakwah digital dan mempercepat kemandirian ekonomi.

Inovasi Dakwah Digital

Seperti yang kita rasakan, dampak pandemi Covid-19 telah mengubah ruang percakapan publik.

Majelis-majelis dakwah mulai dibatasi jamaahnya, menjaga jarak, memakai masker, dan menggunakan hand sanitizer menjadi protokol baru setiap menghadiri kegiatan keagamaan.

Begitulah kenyataan yang harus dipatuhi dalam rangka mengurangi angka terinfeksi Covid-19.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved