Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Nipah

Virus Nipah Sangat Berbahaya, Pasien Kejang-kejang dan Meninggal

Virus baru ini ditengarai lebih berbahaya dibandingkan dengan virus corona yang saat ini menjadi pandemi di seluruh dunia.

Editor: muhammad irham
kompas.com
Penampakan Virus Nipah 

Ini berarti masyarakat di wilayah ini perlu menyadari bahwa mereka tidak hanya dekat dengan kelelawar tapi juga mungkin mengonsumsi produk yang terkontaminasi olehnya.

Veasna Duong dan timnya juga mengidentifikasi situasi berisiko tinggi lainnya. Tahi kelelawar (disebut guano) populer sebagai bahan pupuk di Kamboja dan Thailand, dan di wilayah pedesaan yang minim lapangan pekerjaan, tahi kelelawar bisa jadi cara mencari nafkah.

Veasna Duong mengidentifikasi banyak lokasi tempat warga setempat secara aktif mendorong kelelawar buah, yang juga dikenal sebagai rubah terbang, untuk berak di dekat rumah supaya mereka dapat mengumpulkan dan menjual guano.

Namun banyak pengumpul guano tidak memahami risiko yang mereka hadapi dalam melakukan pekerjaan itu.

"Enam puluh persen orang yang kami wawancarai tidak tahu bahwa kelelawar dapat menularkan penyakit. Pengetahuan mereka masih kurang," kata Veasna Duong. Ia percaya bahwa edukasi warga setempat akan ancaman yang dibawa kelelawar perlu dilakukan.

Nipah Malaysia

Berdasarkan catatan, virus Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1999. Virus menyerang para peternak babi di negeri Jiran.

Infeksi virus Nipah dapat didiagnosis dengan riwayat klinis selama fase akut dan fase penyembuhan penyakit. Tes identifikasi utama yang digunakan adalah reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tes lain yang digunakan adalah uji polymerase chain reaction (PCR), dan isolasi virus dengan kultur sel.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan(Kemenkes) Didik Budijanto mengatakan pemerintah saat ini juga dalam sikap waspada terkait adanya potensi virus Nipah di saat pandemi covid-19 belum berlalu.

"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," jelasnya.

Didik menyebut pihaknya sekarang mewaspadai migrasi kelelawar buah yang dianggap menjadi inang alami virus Nipah.

Migrasi tersebut diketahui masuk dari semenanjung Malaysia ke pulau Sumatera.

"Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara," ujarnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved