Tajuk Tamu Tribun Manado
Pembuktian Leluhur Minahasa, Antara Graafland dan Weliam H Boseke
Perhatikan Graafland menyebut masa lalu masyarakat itu: Terhormat! Ini jelas tak jauh berbeda dengan terjemahan Boseke untuk Kinilou: yang ditinggikan
Oleh:
Stefi Rengkuan
Anggota Presidium Ikatan Sarjana Katolik (Iska)
Wakil Bendahara Perhimpunan Intelektual Kawanua Global (PIKG)
Anggota Pengurus Pusat Ikatan Alumni STFSP
[Ini ada buku sejarah Minahasa yg sdh lama sy baca, sdh agak lupa, tp sy lihat lagi krn lagi rame bicara temuan PDHLM pak Boseke di Sby. Buku ini tulisan N. Graafland, guru Kristen pendiri sekolah guru pertama di Tomohon dan Tanawangko, terbitan Rotterdam th 1869, terjemahan Yoppy Kulit 1987. Dan sgt surprise bg sy, ada tulisan mengenai Kinilow, desa kecil di pinggiran barat Tomohon, yg dr bbrp catatan sejarah, adalah kampung tertua di wil Tombulu/Tomohon. Ada cerita rakyat mengenai masa "purbakala", yg menurut penulis terlalu jelas kisahnya sehingga diakui hal itu pernah ada!! Mengejutkan bg sy, krn klu dibaca teliti, bgn2 inti ceritanya a.l: Masa lalu yg "terhormat", dahulu sgt berkuasa dan begitu ditakuti, lalu "asal" mereka (?), sejumlah kecil laki2, perempuan dan anak2, dtg dgn perahu, dihanyutkan arus dgn tdk tahu tujuannya, gayanya memandang keliling dgn hati2 menunjukkan rasa takut, spt ada malapetaka telah menghalau mereka dari tempat kelahirannya, mencari suaka, (dan tertulis slanjutnya) takut dijadikan budak!]
SAYA merinding membaca postingan Dr Tonny Parengkuan ini sebagai kelanjutan dari upaya beliau menanggapi secara positif dan progresif hasil temuan Weliam H Boseke (melalui buku Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa). Sejauh saya ikuti, pemahaman dan penalaran dokter senior di Surabaya ini sangat runtut dan sangat kena terkait inti temuan dalam buku pertama ini.
Menanggapi info ini Boseke sangat kaget dan memberi info bahwa arti kata 'Kinilow' dari bahasa Han adalah "Yang ditinggikan/Yang mulia dengan segenap tenaga berpatroli" (mengelilingi dinasti).
Perhatikan Graafland menyebut masa lalu masyarakat itu: Terhormat! Ini jelas tak jauh berbeda dengan terjemahan Boseke untuk Kinilou: yang ditinggikan = yang mulia. Prof Perry Rumengan mengutip Boseke yang sering mengulangi bahwa di sekitar Kinilow ada kampung tua yang bernama Mayesu (Han = kembali ke negeri Shu).
Nah, hasil pembacaan Dokter Tonny pada literatur tua dari seorang yang telah berjasa besar membangun pendidikan dan persekolahan di tanah Minahasa, ini sangat luar biasa dan mengagumkan. Pasalnya literatur ini malah tak diketahui oleh Boseke.
Sesungguhnya, kalau kita membaca buku karya Boseke, kisah kesaksian yang direkam oleh Graafland ini masih bisa ditemukan dalam Zazanian Ni Karema yang pernah didokumentasikan oleh H van Kohl.
Rupanya dokumentasi ini pernah diterjemahkan oleh seorang budayawan Minahasa, dan sejak itu menjadi rujukan. Boseke kemudian menemukan ada banyak kata yang tidak diterjemahkan atau diterjemahkan secara "rai-rai" yang berakibat fatal.
Dengan pendekatan monosilabel, Boseke bisa menerjemahkan secara lebih meyakinkan semua naskah itu. Dan ternyata sudah pernah didokumentasikan dalam kisah etnografis di desa Kinilow oleh seorang Graafland di atas seperti dilaporkan pembacanya di atas.
Zazanian Ni Karema merupakan bentuk sastra lisan yang indah karena tata bahasanya teratur dan ditulis dengan rapih oleh van Kohl. ZNK terdiri dari 3 babak, 28 bait, dan setiap bait terdiri dari 4 baris.
Babak I, Bait 1
Baris 1
Hai, kalian semua mengantar anak-anak hingga tiba di sini, mari berkumpul untuk mendengarkan dengan baik cerita tentang malapetaka yang sadis.
... Eee ceritanya benar-benar menyedihkan
Baris 2
Orang-orang negeri Shu membawa anak-anak dan tiba di sini karena istana Kaisar dikepung dan diserbu.
Baris 3
Kita lolos karena penyerbu tidak melihat dengan teliti sudut-sudut rumah. Kita akhirnya tiba di tempat yang masih kosong ini dengan tidak sengaja.
Baris 4
Kita menghindar dari musuh biadab dengan tombak yang mematikan, sehingga kita meninggalkan rumah dan mengarungi lautan.
Kemiripan bahkan kesamaan substansi dokumentasi N Graafland dan H van Kohl ini jelas bukanlah rekayasa dan ‘cucokologi’ tanpa makna, seperti yang coba dituduhkan kepada Weliam H Boseke oleh sejumlah pihak yang kritis tapi salah arah dan terlalu tendensius.
Wahyu sejarah leluhur Minahasa sedang disingkap dalam dan melalui karya pikir dan hati seorang Weliam H Boseke. Hanya bisa dipahami dan diterima oleh mereka yang terbuka hati dan pikirannya..., memakai ungkapan Alkitab, mereka yang polos dan suci hatinya, seperti anak kecil yang jujur, bukan seperti para ahli taurat dan imam kepala bangsa Yahudi yang dikecam oleh Yesus.
Inilah kerja alam semesta bagi mereka yang selalu membuka diri dan berusaha memahami apa sebenarnya yang sudah dan sedang terjadi dengan diri individu dan komunitasnya dalam konteks masa lalu dan masa depan dengan panduan nilai normatif dan praksis kehidupan aktual, dari masa ke masa.
Tantu teintu (Han=sungguh kebenaran Langit). (*)
Baca juga: Guru Seni di Tomohon Belajar Mendokumentasikan Sejarah dan Budaya
Baca juga: Denny Siregar, Ade Armando, Abu Janda dan Nikita Mirzani Bikin Rizieq Shihab Terusik
Baca juga: Siswa di Desa Pulutan Terkendala Jaringan Internet dalam Belajar Daring