Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Ada apa dengan Mitologi Lumimuut-Toar? Tawaran Dekonstruksi ala Boseke

Boseke sampai pada kesimpulan bahwa tiga tokoh utama yang dikisahkan dalam mitologi tentang leluhur pertama Minahasa sesungguhnya ada dalam sejarah.

net/egi.data.kemdikbud.go.id
Patung Toar-Lumimuut di Komo Luar, Manado. 

Oleh
Stefi Rengkuan

Wakil Bendahara Perhimpunan Intelektual Kawanua Global (PIKG)
Anggota Presidium Ikatan Sarjana Katolik
Bendahara Ikatan Alumni STFSP

MENURUT mereka yang pernah mengumpulkan dan membacanya, cerita Lumimuut-Toar sebagai kisah manusia pertama Minahasa ini berjumlah kurang lebih 100 versi. Hal ini mengemuka kembali dalam acara seminar Zoom bertema "Kebenaran dan Pembenaran Sejarah Minahasa" yang diselenggarakan oleh Kawanua Melbourne yang dimoderatori oleh ketuanya sendiri yakni Jeffry Liando.

Orang mungkin kaget dan menggeleng-gelengkan kepala, tanda takjub dan bertanya-tanya dengan keingintahuan yang besar bagi yang belum pernah tahu, atau tanda bingung dan tak menyangka bisa sebanyak itu. Bagaimana dengan pembaca budiman, yang menyebut berasal usul leluhur Minahasa? Atau malah banyak orang Minahasa tidak pernah atau tak mau tahu lagi tentang mitologi itu karena satu dan lain hal. Masing-masing punya alasan dan konteks sendiri. Ada yang karena memang tak pernah dapat info pelajaran ini di sekolah, atau ada yang pernah tahu ada sesuatu yang dianggap janggal.

Penjelasan berikut yang diambil dari seminar Zoom kemarin, tanggal 19 September 2020, Dr Denni Pinontoan membenarkan referensi sejarawan Minahasa, Bode G Talumewo, yang berbicara lebih dahulu menanggapi salah satu pertanyaan tentang kisah manusia pertama Minahasa. Pertanyaan ini hanya salah satu tapi sedemikian penting dan menggugah dari serentetan pertanyaan lengkap yang disiapkan dengan baik oleh sang host dan moderator acara itu.

Bahwa ada sekitar 92 kisah yang terdokumentasi sejak awal, dan yang lainnya tambah kurang saja sifatnya terhadap kisah-kisah yang sudah ada lebih dahulu itu, dan karena itu bisa mencapai 100 lebih versi. Apalagi di zaman komunikasi digital internet sekarang, sangat mungkin orang akan menambah-nambah atau memodifikasi lalu menjadi versi ceritanya sendiri.

Pinontoan menambahkan bahwa sesungguhnya mitologi di Minahasa bukan hanya tentang manusia, tapi ada juga mitologi tentang terbentuknya alam semesta, misalnya dalam kisah Keke Panagian atau Keke Kamagi. Menurut dosen Universitas Kristen Indonesia Tomohon ini, kisah itu penting karena menunjuk pada yang pertama ada sebelum manusia hadir menempatinya.

Bisa jadi, Bung Denni merujuk pada kisah penciptaan dalam kitab Genesis, di mana manusia justru yang terakhir menjadi puncak ciptaan, setelah alam semesta diciptakan bahkan sebagian besar isinya. Tapi sekali lagi ini hanya mitologi untuk menjelaskan dari mana adanya alam semesta. Karena semua tentang manusia juga yang menjadi sentrum alam semesta, sebagaimana tampak dalam kisah Keke Panagian tersebut, yang memang subyek pertama adalah manusia itu sendiri. Karena manusia itu sendirilah pembuat kisah itu entah sejak kapan.

Dikisahkan bahwa Keke tersebut naik ke angkasa dan kemudian menjadi bulan, bintang, dst. Belum jelas entahkah alam semesta yang dimaksud adalah dunia di atas permukaan tanah daratan, atau menunjuk seluruh alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos. Juga menarik bahwa mitologi alam semesta Minahasa ini berkisah tentang tokoh perempuan karena Keke artinya Nona atau Perawan. Mungkin saya salah dengar ‘keke’ atau ‘tete’ (kakek tua)? Seandainya dia itu perawan, maka ada semacam paralelisme antara penciptaan manusia dan alam semesta disumberkan pada sosok perempuan dalam arahan dan restu dari sosok representan atau imam perantara dari dan dengan Sang Pencipta. Perantara sakral itu diperankan juga oleh sosok perempuan (Karema) dalam kisah Lumimuut melahirkan Toar dan bahkan tokoh perempuan itu sendiri (Panagian/Kamagi) yang berperan sekaligus sebagai sarana perantara dan sumber penciptaan atau kelahiran alam semesta.

Denni tampak mencoba menunjukkan kisah mitologi alam semesta sebagai pengimbang untuk menunjukkan kosmologi tertentu yang tak lepas dari manusia itu sendiri dalam eksistensinya di bumi berpijak yang berorientasi "langit" di atas.

Tapi diakui memang kisah kosmologi manusia arkais etnis atau bangsa Minahasa dalam mitologi tentang alam semesta tak sebanyak kisah mitologi mereka tentang manusia pertama yang dianggap leluhur Minahasa itu.

Dijelaskan bahwa sejak tahun 60-an para penulis sejarah Minahasa masih membedakan kisah-kisah tentang manusia pertama Minahasa itu dalam kategori teori ilmu antropologi dan berdasarkan cerita mitologi. Pembedaan ini tampak dalam tulisan FS Watuseke, misalnya.

Di perpustakaan UKIT ada buku yang mencatat bahwa pada tahun 70-an, sangat mungkin karena dipicu oleh program penulisan cerita rakyat yang digiatkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, fakta kisah ini bergeser lebih luas lagi dan menghasilkan lebih banyak varian, yakni dalam bentuk gabungan teori ilmiah dan mitologi.

Terutama yang menarik adalah teori migrasi penduduk dunia mulai dimasukkan dalam kerangka mitologi, atau dalam ungkapan sebaliknya mitologi mulai disesuaikan dengan teori-teori penyebaran penduduk, misalnya bahwa leluhur Minahasa berasal dari Jepang, Taiwan, Filipina, Mongol, dst.

Maka Denni menilai bahwa sejak itu kisah yang awalnya relatif masih asli dan murni dan bisa dibedakan dengan segala teori antropologi maupun teori migrasi penduduk dunia, kemudian menjadi rancu alias terkesan dipaksakan. Karena itu perlu didudukkan kembali pada kisah sebenarnya sebagaimana yang diceritakan lebih awal.

Olly Pesan Jangan Lupakan Sejarah Minahasa Keturunan China

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved