Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Radiate Love, Bring Hope, Refleksi atas Pandemi Covid-19

Pandemi ini telah membangkitkan solidaritas dan kegotong-royongan yang kuat di tengah masyarakat. Orang peduli terhadap mereka yang berkekurangan.

ISTIMEWA
J Mangkey MSC 

Banyak orang dan lembaga tergerak untuk peduli dengan sesama, khususnya yang terdampak. Peran para tenaga medis menjadi sangat krusial dan berat. Menjadi suatu ujian besar tentang kedalaman rasa solidaritas. Suatu waktu untuk saling peduli dan bersolidaritas (a time of caring and solidarity). Rasa solidaritas yang tergerus oleh keindividuan, sifat acuh tak acuh dan lebih mementingkan diri sendiri, diuji. Apakah ketergerakan untuk memperhatikan dan bersolidaritas dengan sesama yang terdampak muncul dari suatu panggilan jiwa atau sekedar ikut-ikutan atau karena perintah lembaga atau pimpinan. Bersolidaritas adalah bersedia menjadi senasib dan sepenanggungan, serta ikut memikul dan menanggung beban orang-lain. Solidaritas masyarakat terungkap dengan spontanitas warga untuk ikut menanggung dan meringankan beban saudara-saudara yang paling membutuhkan bantuan. Solidaritas mendorong kita untuk kembali ke jati diri sosial kita sebagai ciptaan yang tidak terarah pada diri sendiri.

Hidup yang bermakna adalah hidup yang menjadi berkat dan manfaat bagi orang-orang lain. Kita disadarkan bahwa dalam menghadapi suatu masalah seperti pandemi ini dan masalah-masalah lain kita tidak bisa berpikir dan bertindak sendiri. Kebersamaan dan dialog, solidaritas dan kegotong-royongan adalah modal-modal perjuangan bersama untuk menang.

Pandemi ini telah membangkitkan solidaritas dan kegotong-royongan yang kuat di tengah masyarakat. Orang peduli terhadap mereka yang berkekurangan. Orang bekerja bersama-sama dan saling membantu untuk kebaikan sesamanya. Atas cara demikian, budaya gotong royong hadir kembali dalam bentuk yang baru dengan nilai yang sama yaitu kepedulian terhadap sesama. Dalam memaknai Hari Lahir Pancasila ke-75 pada 1 Juni 2020 Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa pandemi Covid-19 “menjadi momentum untuk membangkitkan kembali semangat persatuan, kesatuan, solidaritas dan gotong royong. Dalam situasi darurat seperti ini tidak boleh egois, hanya memikirkan diri sendiri dan kepentingan pribadi dan kelompok. Kita semua bersaudara, kita semua juga mau situasi darurat ini segera usai.”

Kita ditantang untuk memancarkan cinta (radiate love).

A time of hope

Tidak sedikit warga dunia dan warga Indonesia yang terdampak oleh Covid-19 dan meninggalkan penderitaan hidup dalam pelbagai sektor. Ada warga yang putus asa, tidak melihat titik terang kehidupannya atau merasa tidak berdaya (powerless). Berhadapan dengan ketidakberdayaan (powerlessness) harapan muncul dari banyak pihak, seperti negara, lembaga-lembaga swasta, lembaga keagamaan, organisasi-organisasi dan orang-perorangan.

Inilah saatnya untuk memberitakan pengharapan (a time of hope), yang menggerakkan kehidupan kita, dalam perspektif ke depan. Di tengah keterpurukan selalu ada pengharapan baru yang memicu daya kreatif, tindakan-tindakan dan upaya-upaya bersama untuk memperjuangkan suatu kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pengharapan menumbuhkan dan memperkuat optimisme bahwa kita bisa mengatasi dan mengalahkan Covid-19. Pengharapan membangkitkan semangat juang untuk menang. Dalam pidato peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2020, Presiden Jokowi menyerukan optimisme bangsa Indonesia: “Menjadi pemenang dalam pengendalian virus maupun menjadi pemenang dalam pemulihan ekonominya. Sebagai bangsa yang besar, kita juga harus tampil sebagai pemenang. Kita harus optimis, kita harus mampu menciptakan peluang di tengah kesulitan. Kita harus menjawab semua itu dengan inovasi dan karya nyata. Kita tidak boleh berhenti berkreasi, berinovasi, dan berprestasi di tengah pandemi Covid-19 ini. Mari kita buktikan ketangguhan kita, mari kita menangkan masa depan kita, kita wujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa.”

Kita ditantang untuk membawa pengharapan (bring hope). Pengharapan tidak akan mengecewakan.

A time to change and to move on

Pandemi telah menghantar masyarakat kita untuk sungguh-sungguh berubah dan bergerak maju (a time to change and to move on) menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Ada pelbagai aspek kehidupan yang memerlukan perubahan dan perbaikan (restorasi). Dalam hal ini diperlukan suatu komitmen kuat demi mencapai kebaikan bersama (common good). Inilah waktunya untuk menatap dan bergerak ke depan dengan dengan segala potensi yang ada pada kita. Kita bergerak maju bersama-sama untuk kehidupan yang lebih baik, sambil belajar dari sejarah yang telah dilalui. Ada banyak tantangan yang dihadapi, tetapi semua kesulitan tidak dapat menjadi alasan untuk menyerah. Kita selalu bisa belajar ke arah yang lebih baik. Ada ujaran bahasa Latin yang mengatakan “historia memoria futuri est”, artinya sejarah adalah kenangan untuk masa depan. Dari sejarah masa lalu yang telah terjadi dan kita lalui kita belajar menatap masa depan yang akan kita hadapi.

Pandemi ini bukan masalah orang perorangan atau suatu kelompok tertentu, tetapi adalah masalah bersama yang perlu dihadapi dan diatasi bersama. Ada banyak aspek kehidupan yang terdampak, seperti sosial, ekonomi, politik, budaya dan keamanan. Hubungan manusia dengan Yang Mahakuasa, dengan sesama dan dengan alam ciptaan mengalami ujian dan menyerukan untuk ditinjau kembali, direstorasi dan dibarui. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial dan fundamental mengemuka. Di dalam semuanya itu orang perseorangan dan masyarakat diajak untuk kembali pada roh (spirit) kehidupan kita, yakni apa yang sesungguhnya penting dalam keberlangsungan hidup dan apakah yang seharusnya menggerakkan kehidupan menjadi bermakna dan berperspektif ke depan.

Pandemi ini telah mengajarkan kita banyak hal, bukan semata-mata masalah kesehatan, tetapi juga bagaimana persatuan dan kebersamaan dalam keragaman dapat mengatasi masalah ini dan banyak masalah lainnya. Dalam konteks hidup bermasyarakat dan bernegara gotong royong dapat menjadi suatu roh penggerak dan kekuatan yang menyatukan dalam menanggulangi masalah-masalah bersama yang dihadapi masyarakat Indonesia. (*)

Pembukaan Sekolah Paling Cepat Akhir Desember

Identitas Pria Bertato Peta Indonesia, Rainey A Backues, Wong Jowo, Ini Pengakuan Permintaan Maafnya

Haji 2020 Batal, Begini Prosedur Pengembalian Setoran Lunas Bipih Reguler

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved