Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Digital Native dan Digital Immigrant di Masa Pandemi Covid-19

Persoalan lain yang kini dirasakan oleh sebagian besar guru, dosen ataupun tenaga pendidik yang masih belum terbiasa menggunakan teknologi informasi.

ISTIMEWA
Ni Putu Candra Prastya Dewi 

Oleh:
Ni Putu Candra Prastya Dewi M.Pd
Dosen PGSD STAHN Mpu Kuturan Singaraja

DUNIA kini telah dikejutkan dengan suatu wabah yang telah menyebar ke berbagai negara. Wabah tersebut disebabkan oleh virus corona atau yang kini kita kenal dengan Covid-19 (Corona virus disease 2019). Tentunya dengan adanya virus ini telah banyak menelan korban di berbagai negara tanpa memandang status soial. Seluruh warga dunia berpotensi terkena infeksi Covid-19. Oleh karena itu, WHO (World Health Organization) pada 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

Berbagai kebijakan ditempuh oleh pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, salah satunya adalah kebijakan physical distancing. Kebijakan physical distancing kemudian diterapkan oleh sektor pendidikan dengan melakukan pembelajaran dari rumah yang kita kenal dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).

Pembelajaran ini tentu juga memiliki kendala yang tidak sedikit dalam penerapannya, terutama bagi pendidik atau peserta didik di daerah pelosok yang terkendala sinyal. Oleh karena itu, berbagai cara ditempuh untuk memperoleh solusi dari permasalahan tersebut. Peran orang tua pun juga sangat dibutuhkan dalam mendampingi pembelajaran anaknya baik di jenjang TK, SD, SMP hingga SMA. Pun pada jenjang perkuliahan, dosen dan mahasiswa juga melakukan teknik pembelajaran yang sama.

Selain kendala sinyal, persoalan lain yang kini dirasakan oleh sebagian besar guru, dosen ataupun tenaga pendidik lainnya yaitu masih belum terbiasa menggunakan teknologi informasi ataupun teknologi komunikasi selama pembelajaran daring. Meskipun tidak sedikit pula yang memang sudah terbiasa. Sedangkan anak didik yang umurnya masih dikatakan belia, dibanding tenaga pendidiknya justru memiliki daya tangkap yang lebih cepat dalam menguasai teknologi. Perbedaan perilaku terhadap teknologi ini menunjukkan adanya perbedaan generasi yaitu generasi digital native dan digital immigrant.

Istilah digital native pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky dalam artikelnya di tahun 2001. Digital native atau net generation, yaitu generasi yang lahir setelah tahun 1980-an. Generasi ini lahir saat adanya perkembangan teknologi. Jadi kehidupan mereka sudah dikelilingi dengan kecanggihan teknologi sejak usia dini, seperti adanya komputer, laptop, gadget, internet, sosial media, dan lain sebagainya. Dalam dunia pendidikan, yang tergolong digital native yaitu siswa, mahasiswa, serta tenaga pendidik yang lahir setelah tahun 1980-an. Digital native tidak membutuhkan waktu lama untuk memahami penggunaan teknologi.

Akibat Pandemi Virus Corona, 1.384 Siswa Sekolah Dasar di Bolsel Ujian dari Rumah

Sedangkan digital immigrant (pendatang digital) yaitu mereka yang lahir sebelum tahun 1980-an dan tidak tumbuh di era budaya digital. Dalam dunia pendidikan, yang tergolong digital immigrant yaitu tenaga pendidik yang lahir sebelum tahun 1980-an. Teknologi digital belum mereka temui saat usia dini. Digital immigrant memerlukan kemampuan beradaptasi dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi digital native, mengerjakan sesuatu dalam satu waktu adalah hal yang sangat mungkin dilakukan. Misalnya mengerjakan tugas di laptop sambil mendengarkan musik, sekaligus komunikasi dengan teman via Whatsapp, sambil sesekali membuka Facebook. Selain itu, digital native juga lebih suka membaca dari Iatau layar. Sedangkan digital immigrant terbiasa mengerjakan satu tugas dalam satu waktu serta lebih menyukai membaca dalam format format hardcopy.

Jika kita kembali melihat situasi saat ini, di mana pembelajaran daring digunakan sebagai alternatif pembelajaran, tentunya bagi para generasi digital native hal ini tidak sulit untuk dilakukan. Berbeda dengan digital immigrant yang membutuhkan waktu belajar yang lebih lama sebelum dapat menggunakan teknologi tersebut. Akan tetapi dengan dibiasakannya pembelajaran lewat media online, seakan memaksa para digital immigrant untuk bisa menggunakan teknologi demi kelancaran pembelajaran. Kondisi inilah yang justru dapat meningkatkan literasi digital bagi para digital native maupun digital immigrant di era industri 4.0.

Akibat Covid-19, Siswa SD dan SMP di Bolsel Ujian Semester di Rumah

Bagi digital immigrant memang pembiasaan ini menjadi sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan. Namun seiring dengan adanya pembiasaan pembelajaran online, maka kesulitan ini akan dapat diatasi. Rencana yang sebelumnya begitu gencar menggalakkan penggunaan teknologi di era industri 4.0, menjadi tidak terlalu sulit untuk dilakukan karena sudah adanya pembiasaan penggunaan teknologi.

Pada era industri 4.0, segala aspek kehidupan sudah harus beranjak dari teknologi konvensional ke teknologi digital. Kedepannya guru manusia juga bisa digantikan dengan guru mesin (artificial intelligence). Namun kelemahan guru mesin yaitu tidak memiliki unsur rasa maupun karakter. Pembelajaran oleh guru mesin juga hanya bisa bersifat transfer ilmu, tanpa ada filter, sebab mesin tidak mengetahui nilai baik dan buruk. Sedangkan pembelajaran yang sesungguhnya tidak hanya mengajarkan materi, namun juga mendidik. Baik mendidik moral maupun membentuk karakter siswa yang berbudi luhur. Oleh karena itu, guru manusia harus tetap ada untuk mengimbanginya.

Para tenaga pendidik, baik termasuk dalam kategori digital native maupun digital immigrant, dituntut untuk selalu kreatif dalam menyampaikan pembelajaran secara online. Baik melalui video pembelajaran, pemberian kuis lewat aplikasi online, maupun teknik pembelajaran lain yang dapat digunakan dengan teknologi digital. Telah banyak aplikasi yang digunakan oleh para tenaga pendidik selama pembelajaran daring, seperti grup Whatsapp, Zoom, Quizizz, Google Clasroom, Google Meet, dan lain sebagainya.

Gramedia Beri Diskon Besar-besaran dalam Online Book Fair, Berlaku 24 April-31 Mei 2020

Pembelajaran seperti ini juga secara tidak langsung dapat meningkatkan self assessment peserta didik. Namun untuk pembelajaran yang sifatnya terapan/praktikum memang tidak bisa dimungkiri bahwa pembelajaran tatap muka sangat diperlukan. Untuk mengatasi hal tersebut, selama pelaksanaan pembelajaran daring, penggunaan video pembelajaran akan sangat membantu bagi materi yang sifatnya terapan.

Kejadian inilah yang menunjukkan bahwa selalu ada hikmah positif di balik setiap peristiwa yang terjadi. Apabila pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi digital ini diperdalam lagi penggunaannya, serta dipergunakan secara berkesinambungan meskipun wabah Covid-19 telah berakhir, niscaya tujuan pendidikan era industri 4.0 akan tercapai. Penggunaan teknologi yang dimaksud tidak hanya dengan pembelajaran daring, namun lebih pada mengkolaborasikan teknologi digital dengan pembelajaran yang dilakukan. Sehingga peluang untuk lebih cepatnya penguasaan teknologi bagi generasi digital native maupun digital immigrant menjadi lebih besar. (*)

Virus Corona, Betulkan Berasal dari Tahi Kelelawar?

Ruben Onsu Rumahkan 2.500 Karyawan, Suami Sarwendah: Gali Lubang Tutup Lubang

Tekan Lonjakan PHK, Pemerintah: Warga di Bawah 45 Tahun Boleh Kerja Lagi, Tapi Hanya 11 Bidang Ini

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved