Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Novel Sebut Nama Ketua Umum PSSI saat Sidang

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyampaikan soal kejadian usai penyiraman air keras

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
(KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI)
Novel Baswedan memberi keterangan di depan kediamannya, Jumat (7/2/2020) pagi 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menyampaikan soal kejadian usai penyiraman air keras terhadap dirinya. Hal itu diungkapkannya dalam sidang lanjutan, di mana dirinya menjadi saksi.

Teror Corona di RS Darurat: Pasien Lama Tak Rela Seruangan dengan Pasien Baru

Novel menyebut setelah dirinya diserang, dia menghubungi Kapolri Tito Karnavian. Tito pun, dikatakan Novel, akan menyampaikan kepada jajaran stafnya untuk menindaklanjuti.

"Tak lama saya dihubungi oleh Pak Kapolda Metro. Saat datang pertama kali Pak Kapolda Metro Pak M Iriawan rasanya juga ada Ketua KPK Pak Agus Rahardjo," ujar Novel di PN Jakarta Utara, Kamis (30/4).

Pertemuan itu, dikatakan Novel, terjadi di rumah sakit saat dirinya dirawat. Iriawan yang kini menjadi Ketua Umum PSSI ketika itu menyesalkan peristiwa yang terjadi. Dan di saat itulah, Novel mengatakan Iriawan sempat menyebut nama petinggi polisi atau jenderal polisi yang dikenal di kalangan polisi.

"Beliau seperti merasa kecolongan. Beliau menyebut beberapa kali nama orang yang beliau sebut 'jenderal ini," lanjut Novel. Namun, Novel kemudian menyebut bahwa pada 22 Juli 2019, dirinya melakukan perubahan soal Berita Acara Perkara (BAP) dirinya. Hal itu juga berkaitan dengan Kapolda Metro Jaya.

"Soal ralat itu tanggal 22 Maret atau 22 Juli 2019, tim gabungan dari Polri melakukan pemeriksaan terhadap diri saya. Ada satu istilah yang terlewat, Kapolda memberitahu ke saya, padahal saya yang menyampaikan ke Kapolda," ujar Novel.

Penularan Virus Masih Terjadi: 45 Orang Terpapar Corona di Sulut

Novel Baswedan juga menceritakan sebelum tragedi penyiraman air keras ke dirinya, sempat ada orang tak dikenal yang memantau rumahnya."Yang pertama ini adalah orang yang mengawasi depan rumah saya, dia masuk pura-pura tanya baju gamis laki-laki, padahal tidak pernah ada yang menjual. Ini adalah foto-foto lainnya, ini orang yang tadi,"ujar Novel. Novel juga menunjukkan foto dari tetangganya yang pernah melihat mobil melintas di depan kediamannya.

"Jadi, di depan rumah saya ada jalan, lalu sungai, lalu jalan di seberang rumah saya. Ada beberapa kendaraan dan mobil yang mencurigakan, foto-foto mobilnya sudah saya berikan ke Kapolda Metro, karena itu saya dapat dari tetangga saya," kata Novel seraya menunjukkan foto kepada hakim. "Apa tanggapan Polda pas dikasih tahu?" Tanya hakim.

Novel menjawab pertanyaan hakim bahwa Kapolda Metro Jaya saat itu, Komjen M Iriawan merespons seadanya."Katanya 'oh iya, kita perlu waspada dan hati-hati'. Saya ketika melihat itu, rasanya ada kekuatan yang cukup besar yang Pak Kapolda pun rasanya agak sedikit takut," jawab Novel.

Dalam persidangan, Novel mengaku sebelum penyiraman air keras kepadanya, dia kerap mendapatkan teror-teror yang berkaitan dengan kasus korupsi yang dipegang olehnya. "Ancaman-ancaman dalam perkara itu banyak sekali saya terima. Jadi ketika alami itu, saya hati-hati, tetapi tentunya berbeda ketika saya mengalami hal ini (penyiraman air keras)," ujarnya.

Apa yang Novel katakan seperti diketahui tak hanya dilandasi argumen ataupun BAP, tetapi juga laporan dari Komisi Nasional HAM, yang menyebut bahwa kasusnya dilakukan secara terorganisir.

"Saat itu ada penanganan perkara terkait dengan surat yang itu dilakukan oleh tersangka Basuki Hariman, dan saat itu ada sedikit kehebohan pemberian sejumlah uang kepada yang diduga oknum-oknum penegak hukum, dan ini kemudian jadi pembicaraan. Bahkan, ada penyidik dan penyelidik di KPK yang sengaja dikirimkan oleh seorang petinggi-petinggi kepolisan," ujar Novel.

Dirinya bahkan diperbincangkan sebagai penyidik yang mengoordinasikan sejumlah satgas untum menargetkan para petinggi Polri, meski diketahui dirinya membantah hal itu. Novel saat itu juga tengah menyelidiki kasus megakorupsi e-KTP dengan sasaran Setya Novanto

"Saat itu terkait pidana penyelewengan uang, saya sampaikan ke BPK saat itu dan cerita-cerita itu bocor ke luar. Saya enggak tahu bagaimana prosesnya bisa sampai diketahui orang-orang di luar KPK," kata Novel.

Australia Desak Cina Usut Asal Usul Corona: Trump Keluarkan Ancaman

Novel juga menjawab pertanyaan dari penasihat pelaku, termasuk soal detail apakah pelaku penyiraman meneriakkan namanya sehingga Novel menoleh saat kedua pelaku mendekatinya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved