NEWS
Dari Gunung Api Karangetang Terpantau Guguran Lava Sekitar 1500 meter, Mengalir ke Tempat Ini
Belakangan, Gunung Api Karangetang di Kepulauan Siau menunjukkan aktivitas yang meningkat. Bahkan guguran lava sering terlihat.
Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Indry Panigoro
Laporan Wartawan Tribun Manado Alpen Martinus
TRIBUNMANAD.CO.ID - Belakangan, Gunung Api Karangetang di Kepulauan Siau menunjukkan aktivitas yang meningkat.
Bahkan guguran lava sering terlihat.
Berdasarkan pantauan petugas PVMBG di pos pemantau gunung Karangetang, Rabu (7/8/2019) hingga pukul 12.00 WITA, terlihat asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50-75 meter di atas puncak kawah.
"Terpantau guguran lava dari puncak kawah utama mengarah ke kali nanitu dan kali pangi sekitar 1000-1500 meter ke kali kahetang sekitar 750 meter," jelas Yudia Tatipang kepala pos pemantau gunung Karangetang.
Baca: Disparbud Mitra Akan Tambah 5 Unit Kios Kuliner di Gunung Potong
Baca: Warga Sempat Panik Saat Gempa, Dikira Gunung Gede Erupsi, Ternyata Bukan
Baca: Erupsi, Gunung Kerinci Muntahkan Abu hingga 4.605 Meter di Atas Permukaan Laut
BERITA POPULER:
BERITA POPULER:
Baca: Ibunda Doakan Ivan Gunawan dan Ayu Ting Ting Bahagia: Alhamdulillah
Baca: 9 Skill Ananda Enzo, Anak Bule Prancis yang Lolos Akmil, Kemampuan Fisik di Atas Standar TNI
Baca: Indonesia akan Jual Aset Negara, Skema Tukar Guling Senilai Rp 150 Triliun Demi Pemindahan Ibu Kota
Juga terpantau guguran lava sering terjadi mengarah ke kali sense sekitar 1.500-1.750 meter
Sementara berdasarkan catatan alat seismograf, untuk kegempaan tercatat terjadi 28 kali dengan amplitudo 3-7 mm, durasi 52-55 detik, juga hembusan dua kali dengan amplitudo 9 mm, berdurasi 18-20 detik.
Sementara tektonik jauh tercatat sekali dengan amplitudo 17 mm, S-P : 21 detik, durasi 48 detik, juga tremor menerus terekam dengan amplitudo 0.25-1 mm (dominan 0.25 mm).

"Untuk status Karangetang masih pada siaga atau level III," jelasnya.
Sebagai rekomendasi, masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak boleh mendekati atau melakukan pendakian, dan tidak boleh beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 2.5 km dari puncak kawah dua (Kawah Utara) dan kawah utama (selatan) serta area perluasan sektoral dari kawah dua ke arah Barat Laut-Utara sejauh 4 km, yaitu wilayah yang berada di antara Kali Batuare dan Kali Saboang.
Juga masyarakat di sekitar gunung Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Dan masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.
Kisah Siswa Pengungsi Erupsi Gunung Karangetang, Dititipkan di Sekolah Lain Meski Tak Pakai Seragam
Roxy Dawid nampak bahagia bermain dengan siswa lainnya di SD GMIST Bethabara Paseng saat jam istirahat, Kamis (14/2/2019).
Ia bersama sembilan siswa SD Nazaret Niambangeng lainnya melanjutkan sekolah sementara di situ, lantaran mengikuti orangtua mereka yang mengungsi di shelter Paseng. Bocah ini sudah kelas tiga SD.
Mereka nampak asyik bermain berbaur dengan siswa lainnya seperti sudah kenal sangat lama.
Ia terpaksa bersekolah hanya mengenakan kaos dan sandal, lantaran seragam dan buku pelajarannya tak terbawa saat mengungsi bersama ibunya.
"Seragam ketinggalan saat lari mengungsi dengan ibu," katanya polos.
Sejenak ia merasa terhibur lantaran bersama-sama dengan teman-teman sejawatnya di sekolah tersebut. Namun tetap ada keinginan dirinya untuk bisa kembali sekolah di tempat asalnya.

"Senang juga di sini banyak teman," kata dia.
Ia harus menyesuaikan dengan pelajaran di sekolah GMIST Bethabara Paseng.
Stella Badoa Kepsek GMIST Bethabara Paseng mengatakan, mereka sudah masuk sekolah sejak Senin.
"Mereka tidak menggangu, bahkan sekarang sudah saling akrab. Untuk kelas enam juga ada les pengayaan karena sudah mendekati ujian nasional," ujarnya.
Meski tidak mengenakan seragam, bisa ditoleransi lantaran merupakan pengungsi keadaan bencana alam.
"Ada satu guru pengungsi juga di sini yang membantu proses mengajar," jelasnya.
Ada 10 siswa yang merupakan pengungsi yaitu kelas 1 sebanyak tiga siswa, kelas 3 tiga siswa, kelas empat 1 siswa, dan kelas enam 3 siswa.
Winda Unsong guru SD GMIST Niambangeng yang ikut mengungsi membantu proses belajar di SD GMIST Bethabara Paseng.
"Daripada saya diam di pengungsian, lebih baik bantu mengajar di sini, sebab belum kembali ke Niambangeng juga," ujarnya. (amg)
Tonton: