Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Mengenal Sejarah Cap Tikus dan Istilah Pancing Dulu hingga Anggapan Orang Bisa Tingkatkan Nafsu

Mulai dari pembuatan, penyajian, rasa, takaran, hingga tak afdal jika kita tak membahas soal sejarah awal mula cap tikus itu ada hingga dikenal.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Tribunmanado
Cap Tikus 1978. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mengenal sejarah cap tikus dan istilah pancing dulu hingga anggapan orang bisa tingkatkan nafsu.

Berbicara soal cap tikus, ada banyak hal yang bisa kita kulik.

Mulai dari pembuatan, penyajian, rasa, takaran, hingga tak afdal jika kita tak membahas soal sejarah awal mula cap tikus itu ada hingga dikenal oleh masyarakat luar.

Bagi warga Sulawesi Utara (Sulut) terlebih orang Minahasa, cap tikus sudah bukan minuman yang baru.

Cap Tikus adalah minuman keras (miras) yang cukup populer asal Minahasa.  

Cap Tikus sendiri adalah minuman yang dibuat dari sadapan air nira atau disebut dalam bahasa lokal dengan nama saguer yang kemudian disuling hingga menghasilkan sebuah cairan mengandung alkohol dinamai cap tikus.

Denny Pinontoan, Sejarawan Minahasa mengatakan, cap tikus ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.  

Baca: Penjual Buang Cap Tikus di Sungai Pakai Rice Cooker

Baca: Kelabui Petugas, Penjual Sembunyikan Cap Tikus di Lemari Pakaian

Baca: Kisah Gubernur Olly soal Lumba-lumba dan Cap Tikus di Balik Booming Pariwisata Sulut

Setidaknya ada dua versi berbeda asal muasal nama cap tikus

Salah satu versi,  ketika minuman keras ini mulai populer, ada pedagang etnis cina menyertainya dengan label atau merek.

Sesuai ejaan lama disebut Tjap Tikoes, itu diperkirakan sudah ada sejak 1920-1930-an. 

Versi lainnya menyebutkan, nama cap tikus itu dikaitkan dengan alat penyulingan dari bambu mirip jalan tikus.

 

Cap Tikus 1978
Cap Tikus 1978 (ist)

Cap Tikus Muncul Dalam Ulasan Berita di De Tijd, Koran Katolik Belanda

Denni mengisahkan, cap tikus juga muncul dalam ulasan berita di De Tijd, koran katolik Belanda.

Dalam laporannya edisi 2 Desember tahun 1932 menyebutkan, konsumsi minuman keras impor di Manado dan Minahasa pada umumnya mengalami penurunan akibat resesi ekonomi global tahun 1930-an

Sementara minat terhadap minuman keras lokal produksi orang-orang Minahasa, cap tikus justru mengalami peningkatan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved