Hadapi Demo 22 Mei: Begini Respons Istana
Pemerintah melalui unsur Pemda, Polri maupun TNI sudah jauh-jauh hari mengimbau agar tidak ada mobilisasi
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Ia mengatakan, personel dan materiil KPU tersebut kemudian diamankan ke suatu tempat yang telah ditentukan. Selain itu, disimulasikan juga ada anggota masyarakat yang terkena tembak dalam aksi unjuk rasa.
"Dengan cepat Satuan Kesehatan TNI yang sedang melaksanakan pengamanan di kantor KPU memberikan pertolongan pertama kepada korban dan mengevakuasi korban menggunakan mobil Ambulance Yonkes 1/Yudha Krida Husada Kostrad menuju titik jemput helikopter untuk dievakuasi ke kapal rumah sakit KRI dr Soeharso 990 yang bersandar di Dermaga JICT, Tanjung Priok," kata Rahman.
Dua Ideologi
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan melihat peristiwa 22 Mei 2019 mendatang, dimana KPU akan mengumumkan hasil Pemilu 2019 merupakan hal yang luar biasa. Sebab, Ken mengatakan, ada dua kelompok radikal tersebut punya tujuan yang sama karena kecewa terhadap pemerintah.
Ken menyebut, kelompok radikal politik adalah mereka yang secara politik kalah dan ingin memaksakan keinginan mereka untuk merebut kekuasaan dengan cara mengerahkan masa untuk mempengarui politik saat ini.
"Bisa dibilang kelompok radikal politik ini memanfaatkan dan bahkan menjerumuskan pendukungnya untuk mensukseskan tujuan politiknya," ucap Ken Setiawan.
Lebih lanjut, kata Ken, kelompok radikal teroris adalah mereka yang secara ideologi memang sudah antiterhadap pemerintah. Ia mengatakan, kelompok ini melihat ada potensi konflik akan menjadi antusias untuk melakukan amaliyah jihad dimana saat kerumunan masa itu dianggap akan mendapatkan target korban yang banyak.
"Diharapkan suasana menjadi tidak kondusif kalau perlu chaos sebab itu dianggap peluang yang paling bagus," kata Ken.
Jadi menurut Ken, 22 Mei adalah pertemuan dua kelompok radikal politik dan kelompok radikal ideologi teroris.
"Hari ini apapun latar belakang organisasi dan siapapun pimpinannya mereka akan turun bergerak menuju DKI Jakarta," jelasnya.
Untuk itu, Ken berharap masyarakat yang tidak punya kepentingan tidak udah ikut ikutan turun kejalan pada 22 mei. Sebagai masyarakat yang baik hendaknya menunggu keputusan KPU. "Berharap aparat sigap dalam menindak setiap orang yang berpotensi melakukan tindakan teror," tutup Ken.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir meminta mahasiswa tidak terlibat dalam aksi turun ke jalan saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pilpres pada 22 Mei 2019.
"Kampus harus menjaga netralitasnya, jangan aksi pada 22 Mei," kata Nasir.
Menurut Nasir, Kemristekdikti juga memperingati kepada seluruh kampus di Tanah Air agar melakukan pencegahan kepada mahasiswanya yang akan melakukan aksi pada 22 Mei. "Kami mengingatkan kepada rektor perguruan tinggi, kalau ada yang membawa lambang kampus, kampus akan diberikan peringatan," ujar Nasir.
Nasir menyampaikan, Pemilu telah berjalan dengan baik dan damai, bahkan negara lain pun memuji Indonesia karena telah menjalankan pesta demokrasi dengan baik. "Dalam pelaksanaan ada gelombang-gelombang, itu hal biasa dalam pesta demokrasi.