Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Polisi Tangani 239 Kasus Buzzer: Sebar Cuitan Twitter via Facebook dan IG

Kementerian Komunikasi dan Informartika melihat fenomena buzzer pada tahun politik dalam sudut pandang yang sah-sah saja.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
facebook
ilustrasi facebook 

"Kalau Facebook kan tidak. Hampir semua masyarakat menengah ke bawah punya Facebook, penyebaran bisa lebih luas dan narasinya bisa lebih lengkap. Jadi, lebih efektif," ungkapnya.

Ada juga Tim Cyber 300 yang dikomandoi Donny. Tim ini justru lebih memilih untuk melakukan penetrasi di grup chatting WhatsApp (WAG). Menurutnya, hal itu akan lebih personal dibandingkan dengan di media sosial mana pun. Dia juga menganalisis, durasi orang membuka WhatsApp akan jauh lebih sering ketimbang membuka media sosial yang lain.

Ia tidak memungkiri, masih akan tetap berperang di media sosial guna menyampaikan data dan fakta untuk menangkis serangan dari kubu lain. "Kalau kami main di WAG ya. Bisa langsung banyak orang yang bisa baca. Kalau untuk menangkis serangan, ya tetap di medsos. Hampir semua media sosial kita pakai kok," katanya.

Rama, bukan nama sebenarnya, koordinator buzzer untuk satu partai politik, mengatakan kegiatannya sebagai buzzer yang dilakukannya sejak dulu tidak sepenuhnya mengarah ke Pilpres. "Instruksi dari atas, enggak mau kami terlalu fokus ke Pilpres. Kami serang rezim, kami angkat citra partai, menangkan partai di Pileg," kata Rama.

Dengan rekam jejak seperti itu, Rama kemudian dipercaya pimpinan yang mewakili pimpinan parpol untuk mengepalai 20 hingga 25 orang buzzer untuk mengunggah konten medsos buatannya sendiri. Dia mebeberkan cara main atau strategi yang digunakan timnnya dalam mengolah bahan di medsos.

"Buzzer-buzzer di ... (menyebut nama parpol, Red) itu menurut saya memang mainnya sporadis ya. Maksudnya kalau ada yang bisa diolah ya kami olah, seperti tarik-tarikan begitu. Kalau ada waktu senggang satu-dua jam di mana pun ya kami pakai untuk sebarkan konten. Kami serang lawan, begitu juga sebaliknya," kata Rama.

Atas posisi tersebutlah, sejumlah nama petinggi  parpol pernah dia temui. Para petinggi yang kerap bertemu dengannya itu merupakan anggota DPR/MPR.

"Kalau komunikasi intens setiap hari, secara pribadi sih enggak. Namun, sekali waktu kami bicara banyak hal, terutama terkait bagaimana kinerja saya dan tim," tambahnya.

Yang menjadi catatan bagi Rama saat pertemuan itu untuk kemudian diaplikasikan, adalah bagaimana dirinya menyerang dengan tidak menggunakan cara black campaign. "Kami enggak pernah menyerang dengan cara hoaks atau black campaign. Kami pakai negative campaign karena itu enggak dilarang juga," ujarnya.  (ryo/rez)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved