Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Liando: Capres Mulai Sasar Pemilih Rasiona

Pemilih rasional mendasarkan pilihannya atas keyakinan dan kepercayaan kepada calon yang memiliki kemampuan dan kapasitas sebagai pemimpin

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
ISTIMEWA
Ferry Liando 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO- Dua kontestan Pemilu pilpres 2019 nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'aruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terus menuai dukungan sejumlah elemen.

Teranyar datang dari para alumni dalam dan luar negeri. Pasangan nomor urut 01 Jokowi-Maaruf didukung oleh alumni Jerman, sedangkan rivalnya nomor 02 Prabowo-Sandi didukung oleh Asosiasi perguruan tinggi Indonesia (APTI).

Menurut Ferry Liando pengamat politik Sulawesi Utara (Sulut), sepanjang dukung mendukung yang dilakukan para alumni itu tidak dimobilisasi, maka dukungan itu sangat wajar.

Baca: Ferry Liando Blak-Blakan Sindir Caleg Dadakan

Menurut akademisi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, dukungan itu sangat positif karena bisa menyasar pemilih-pemilih rasional.

Pemilih rasional mendasarkan pilihannya atas keyakinan dan kepercayaan kepada calon bahwa, calon itu memiliki kemampuan dan kapasitas sebagai seorang pemimpin negara.

Ferry Liando
Ferry Liando (Istimewa)

Jenis pemilih ini tidak melihat latar belakang calon seperti suku, agama, atau aliran.

Fokusnya terletak pada kapasitas dan kemampuan. Namun tantangannya adalah, tingkat keterpengaruhan atas gerakan-gerakam itu sangat kecil sebab prilaku pemilih Presiden dan wakil Presiden telah terpolarisasi baku, sehinga sangat sulit berubah oleh gerakan-gerakan semacam itu.

Baca: Ferry Liando: Peserta Pemilu Seriusi LPSDK, Ada Sanksi Pidana dan Pembatalan Calon

Sebagian besar pemilih cenderung menentukan pilihan atas dasar suka atau tidak suka. Pendukung Jokowi kebanyakan bukan karena suka dengan Jokowi tetapi karena tidak suka dengan Prabowo.

Begitu juga dengan pendukung Prabowo, banyak pemilih yang kemungkinan akan mendukung Prabowo tetapi bukan berarti pemilih itu suka dengan Prabowo, tetapi karena pemilih itu tidak suka dengan Jokowi.

Pilihan suka atau tidak suka terbentuk karena kebijakan masa lalu, kebiasaan ataupun latar belakang dari pasangan calon.

Ini resiko jika pilpres hanya diikuti 2 pasang calon. Ketidaksenangan atau Ketidakpuasan pada salah satu calon biasanya pemilih akan mengarahkan dukungan pada calon yang lain.

Baca: Debat Pilpres, Ferry Liando: Butuh Sikap Capres untuk Memilih Hukuman Mati Atau Memiskinkan Koruptor

Tidak peduli apakah yang akan dipilihnya itu punya kemampuan atau tidak.

Pemilih sebagian besar masih menggunakan emosi ketimbang rasio dalam menEtukan sikap politik. Pemberitaan berita bohong menjadi salah satu pemicu terbentuknya sikap poltik seperti ini.

Gerakan politik adu domba yang disetting berhasil membentuk polarisasi pemilih yang lebih mengandalakan emosi ketimbang rasio. (crz)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved