Menjemput Tahun 2019 dengan Gembira
Dalam beberapa hari ke depan, kita sudah berada di penghujung tahun 2018 dan bersiap-siap menyambut tahun baru 2019.
Pilkada serentak tahun 2018 berjalan cukup mulus, tak ada gesekan-gesekan yang berarti yang bisa memercik gesekan di skala nasional.
Setelah kekhawatiran Pilkada serentak berlalu, datang masa pencalonan presiden dan wakil presiden untuk pemilihan 2019. Awalnya sempat menguat isu soal agama, para ulama dan ustad terseret ke dalam pusaran kandidat.
Baca: Netizen Heboh dengan Tiang Listrik Berdiri di Tengah Jalan di Bali, Begini Respons PLN
Namun akhirnya pemilihan Kiai Maaruf Amin di satu sisi dan Sandiaga Uno di sisi lain membuat isu agama menjadi kurang signifikan untuk dimainkan.
Bahkan, gegara Sandiaga ikut ambil bagian, pergesekan isu beberapa bulan pasca penentuan calon terjadi di ranah ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan dinamika ekonomi nasional.
Di sisi lain, pada bulan-bulan menjelang berakhirnya 2018, Indonesia juga dilanda bencana alam di beberapa lokasi. Mulai dari Lombok, Palu, dan yang terbaru di Lampung, Carita dan Tanjung Lesung.
Baca: Ibunya Diselingkuhi, Pria di Tegal Bunuh Tetangganya
Di ketiga kencana mutakhir, kita masih menyaksikan energi kebersamaan yang tak ada tandingannya. Semua pihak bahu-membahu untuk ikut terlibat dalam penanggulangan korban bencana dan dalam program-program pemulihan lanjutan. Ada yang ikut turun langsung, ada yang berpartisipasi dalam bentuk sumbangan, dan yang pasti, seluruh rakyat Indonesia ikut berdoa untuk keselamatan dan kemaslahatan masyarakat di lokasi bencana alam.
Sungguh luar biasa energi kebersamaan negeri kita ini, bukan?
Apapun yang kita lalui di tahun 2018 dan di tahun-tahun selanjutnnya, toh kita semua sudah memahami bahwa para pendiri bangsa (the founding fathers and mothers) telah terlebih dahulu sepakat untuk memfinalkan penghormatan atas kemajemukan sebagai bagian dari sikap keberbangsaan kita.
Baca: Deretan Kisah Korban Selamat Tsunami di Banten, dari Balita di Runtuhan Resort, hingga Panjat Pohon
Jadi apapun pergesekan dan perbedaan yang mencuat, kita harus tetap menjaga penghormatan pada realitas kemajemukan dan keberagaman bangsa yang telah mengukir tinta emas sejarah pada setiap generasi.
Mari kita berkaca pada peristiwa tahun 1908, 1928, 1945, 1955, 1966, 1977, 1988, 1998, dan seterusnya sampai di penghujung 2018 untuk masuk babak baru 2019-2024.
Pada babak sejarah ini, roh kemajemukan dan keberagaman ternyata bisa tetap kita jaga sebagai energi yang menggerakkan kebersamaan dan energi pemersatu. Inilah kenyataan sosiologis Indonesia. Pantaslah seloka Bhinneka Tunggal Ika (tanhana dharma mangrowa) yang tercengkeram kukuh di sepasang kaki burung garuda, tidak pernah diprotes atau digugat kelompok sosial manapun di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk menutup tahun 2018 dan menyambut tahun 2019, marilah kita semua memperkuat keikhlasan diri untuk menerima Indonesia sebagai bangsa heterogen. Dan marilah kita mengokohkan Pancasila sebagai titik temu dari berbagai perbedaan dan keberagaman.
Baca: Sempat Jadi Bridesmaid di Pernikahan Ifan Seventeen dan Dylan Sahara, Aura Kasih: Semoga Tenang
Banyak negara telah dan terus memuji Indonesia karena di atas ladang kemajemukan dan keberagaman, Indonesia tetap tumbuh dengan subur dan makin kukuh dengan pohon demokrasinya. Selamat Natal 2018 dan Tahun Baru 2019.