Menjemput Tahun 2019 dengan Gembira
Dalam beberapa hari ke depan, kita sudah berada di penghujung tahun 2018 dan bersiap-siap menyambut tahun baru 2019.
Perkaranya, sejak pertengahan tahun 2018, tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga ternyata berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, yakni di bawah 5 persen.
Baca: Polisi Tegaskan Pesan Berantai Waspada Tsunami di Pantai Utara Karawang Itu Adalah Hoaks
Angka tersebut bertahan sampai kuartal pertama 2018. Walhasil, banyak pihak yang khawatir dengan penurunan daya beli masyarakat.
Untuk meredam itu, pemerintah dalam APBN 2018 meningkatkan belanja bantuan sosial secara drastis untuk membentengi ancaman penurunan daya beli masyarakat. Akhirnya pada kuartal dua tahun 2018, tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga kembali ke angka 5 persen dan perdebatan soal daya beli yang menurunpun pelan-pelan mereda.
Tepat di bulan terakhir 2018, usaha yang cukup panjang merebut saham mayoritas di PT Freeport berhasil dilakukan.
Inbreng Hak Partisipasi Rio Tinto menjadi saham yang kemudian dibeli oleh PT. Inalum berhasil direalisasikan.
Baca: Ifan Seventeen Sampaikan Terima Kasih & Minta Maaf sebelum Melepas Jenazah Dylan Sahara
Banyak pujian datang terkait hasil kinerja pemerintah dalam mendivestasi perusahaan tambang emas raksasa yang satu ini. Sekalipun ke depan masih akan dipertanyakan soal kontribusinya pada peningkatan kesejahteraan publik, pun soal asal usul dana pembelian saham PT.
Freeport, divestasi PT. Freeport masih layaknya dianggap sebagai salah hasil manis dari rezim Jokowi-JK. Perkara kontroversi yang muncul, tentu tak bisa dihindarkan.
Perdebatan dan skeptisisme atas segala kebijakan pemerintah adalah sebuah tradisi yang perlu dipelihara untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita.
Baca: Ketika Ifan Seventeen Tak Henti Mengelus dan Pandangi Peti Jenazah Istrinya, Tertunduk dan Usap Mata
Pemerintah tak perlu keki, karena kecerdasan publik harus terus dibangun, salah satunya dengan memelihara tradisi diskursus kritis semacam itu.
Terkait Freeport, tugas pemerintah tidaklah mudah. Pemerintah harus membuktikan bahwa divestasi saham Freeport adalah langkah strategis menuju pemerataan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan justru memperkaya oligarki-oligarki yang menggantungkan keuntungan-keuntungan kelompok dan pribadi di dalam istana
Baca: Natasha Wilona Rayakan Natal di Swiss bersama Keluarga: Intinya Bersyukur, Semuanya Sudah Tercapai
Tak lupa pula, pada tahun 2018 juga berlangsung pilkada serentak sesi terakhir (dari tiga tahap).
Pilkada serentak tahap tiga menjadi sangat istimewa karena melibatkan jumlah pemilih yang jauh lebih banyak dibanding Pilkada-Pilkada serentak sebelumnya. Bahkan digadang-gadang oleh para analis politik bahwa pilkada serentak tahun 2018 adalah "a desicive step to presidential election" di tahun 2019.
Kubu mana yang paling banyak mengantongi di provinsi-provinsi utama akan diasumsikan sebagai kubu yang punya daya gedor paling kuat nantinya di ajang Pilpres 2019.
Banyak kekhawatiran yang muncul ketika itu. Terutama jika dikaitkan dengan Pilkada Jakarta lalu yang dinilai sangat bernuansa agama.
Baca: Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2019
Dikhawatirkan oleh banyak pihak, strategi dan keberhasilan pemenang Pilkada Jakarta dalam ajang kontestasi akan diduplikasi di banyak daerah pilkada serentak untuk memuluskan calon masing-masing kubu. Namun syukurlah, hal-hal yang ditakutkan tidak terjadi.