Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kaka Slank Dukung Penyelamatan Pulau Bangka dari Tambang Bijih Besi, Begini Tanggapan PT MMP

Kaka Slank terus memberikan dukungan terhadap upaya penyelamatan Pulau Bangka, Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Aldi Ponge
ISTIMEWA
Kaka Slank saat memetik gitar dan bernyanyi bersama warga Pulau Bangka pada Agustus 2017 silam (kiri), dan saat tiga personel Slank, Kaka, Bimbim dan Ivan tiba di Kota Manado, Senin (03/09/2018) siang. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kaka Slank terus memberikan dukungan terhadap upaya penyelamatan Pulau Bangka, Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Akhadi Wira Satriaji alias Kaka Slank sejak lama memang peduli dengan terumbu karang yang ada di Pulau Bangka, tempat yang dijadikan tambang bijih besi oleh PT MMP.

Kaka bahkan pernah menggelar konser khusus untuk memberi dukungan atas penyelamatan Pulau Bangka pada  Jumat (20/10/2017) silam.

Dia bahkan pernah mengunjungi dan menginap di Pulau tersebut.

Baca: Inilah Senjata Futuristik yang Didesain Leonardo Da Vinci, Ada Meriam Tiga Laras

Baca: Den Harin, Pasukan Khusus Paling Misterius, Wolter Mongisidi Personelnya Paling Ditakuti Belanda

Kaka terlibat aktif sebagai Duta Suara Pulau sehingga ikut ambil bagian dalam upaya pelestarian terumbu karang di perairan Pulau Bangka, dan sekitarnya.

Dalam konferensi pers yang digelar Koalisi Save Bangka bersama vokalis Band Slank, Kaka, menuntut agar lingkungan Pulau Bangka direhabilitasi, kemudian ada tudingan upaya PT MMP akan beroperasi lagi meski sudah dicabut izinnya, di Dahlia Ball Room Hotel Aston Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Senin (03/09/2018).

Aktivitas perusahaan tambang PT Mikgro Metal Perdana di Pulau Bangka Likupang Timur-Minahasa Utara. Pasca putusan hukum inkrah dari MA, perusahaan ini masih enggan 'angkat kaki' dari pulau dengan pesona alam dan bawah laut menawan ini.
Aktivitas perusahaan tambang PT Mikgro Metal Perdana di Pulau Bangka Likupang Timur-Minahasa Utara. Pasca putusan hukum inkrah dari MA, perusahaan ini masih enggan 'angkat kaki' dari pulau dengan pesona alam dan bawah laut menawan ini. (TRIBUNMANADO/RYO NOOR)

PT MMP Bantah

Mr Luo Hongxu, Direksi PT Mikgro Metal Perdana (MMP) membantah semua tudingan yang dialamatkan ke perusahaan tersebut.

Mr Luo ketika dikonfirmasi tribunmanado.co.id, membantah hal tersebut

Ia mengungkapkan, PT MMP sudah tidak beroperasi di Pulau Bangka. Fasilitas dan bangunan yang sudah sempat dibangun sudah terlantar.

Baca: 6 Pemilik Zodiak Ini Bisa Diandalkan jadi Sahabat Terbaik, Temanmu Termasuk?

Baca: Kisah Agen FBI Vs KGB Adu Lihai di Washington 

"Soal PT MMP beroperasi lagi saya tidak tahu itu tergantung pemerintah dan atasan, saya sudah lama juga tidak komunikasi dengan Jakarta," ungkap dia.

Ia juga membantah jika ketika beroperasi merusak lingkungan

"Lingkungan mana yang rusak?, kami tidak pernah rusak lingkungan," ujar dia.

Satu dari sekian banyak gugusan karang indah di Pulau Bangka Minahasa Utara, yang merupakan spot diving paling dicari turis mancanegara.
Satu dari sekian banyak gugusan karang indah di Pulau Bangka Minahasa Utara, yang merupakan spot diving paling dicari turis mancanegara. (TRIBUNMANADO/FRANSISKA NOEL)

Suarakan Kesadaran Pelestarian Terumbu Karang

Pada Senin (3/9/2018) dalam konferensi pers, Kaka Slank menyatakan, sebagai pribadi yang cinta Indonesia, ia berharap banyak pada seluruh generasi bangsa Indonesia.

"Khususnya generasi muda untuk sadar lingkungan agar tidak merusak karang," kata dia.

Banyak cara bisa dilakukan, misalnya mengurangi konsumsi plastik, mengkampanyekan spot-spot terumbu karang yang baik untuk dijelajahi dan dipertahankan.

"Tentu saja dilakukan dengan bertanggung jawab,  tanpa meninggalkan kerusakan, mengambil dan menyebarkan pesona keindahannya," ujar Kaka.

Baca: 5 Fakta Menarik tentang Gunung Everest, Sebenarnya Bukan Tertinggi di Dunia

Baca: Sidang Kasus Pemecah Ombak, Bupati Minut Kembali Tak Hadir, Mantan Kapolres Manado Bantah Terlibat

Pulau Bangka menjadi tempat pelaksanaan gerakan penyelamatan terumbu karang Indonesia di kegiatan Coral Day bukan hanya karena potensi wisata lautnya yang besar, namun ancamannya yang juga tinggi.

Diharapkan dimulai dari Coral Day, masyarakat Bangka, wisatawan, turis, media, sekolah, pemerintah dan semua pihak, dapat bersatu dalam gerakan menyelamatkan Bangka.

“Potensi pariwisata Bangka makin meningkat jadi kita semua harus bangkit bersama Bangka sebagai pulau kecil harus diselamatkan dari menangkal ancaman penjarahan pengrusakan karang sampai beroperasinya pertambangan yang berdampak ke laut," kata dia.

Menurut Kaka Slank, bila terumbu karang mati karena tertutup lumpur maka modal pariwisata akan hilang.

Vokalis Grup Band Slank, Kaka nampak menikmati menyeruput kopi di Rumah Kopi tepi pantai Pulau Bangka di ajang Coral Day, Jumat (20/10/2017).
Vokalis Grup Band Slank, Kaka nampak menikmati menyeruput kopi di Rumah Kopi tepi pantai Pulau Bangka di ajang Coral Day, Jumat (20/10/2017). (TRIBUNMANADO/RYO NOOR)

Aktivitivis SBI, Jull Takaliuang mengatakan, konferensi pers tersebut menyangkut pelanggaran-pelanggaran hukum PT MMP pasca putusan kasasi MA yang diikuti pencabutan IUP OP PT MMP di Pulau Bangka oleh menteri ESDM.

 
Putusan hukum tersebut searah dengan bangkitnya pariwisata Sulut.

Akan tetapi, kata Jull, belum terlihat sikap tegas pemerintah.

Hal ini, menciptakan keadaan seolah-olah masih ada peluang bagi pertambangan di Pulau Bangka.

Baca: Inilah 5 Manfaat Tidur Telanjang, di Antaranya Membantu Kehidupan Seksual

Baca: Simak 5 Fakta Indonesia di Asian Games 2018

"Sehingga kami merasa perlu mendorong dan mengingatkan pemerintah baik pusat maupun daerah (Sulut) bahwa permasalahan hukum perizinan tambang PT MMP telah tuntas dan Menteri ESDM telah mencabut izinnya," kata Jull.

Sekarang yang jadi pokok persoalan adalah pulau Bangka terlanjur dirusak oleh PT MMP.

Koalisi SBI pun mendesak agar hukum ditegakkan dalam kasus ini dan pemulihan pulau Bangka segera dilakukan.

"Tuntutan penegakan hukum ini juga termasuk dengan pencemaran nama baik para aktivis yang telah dilaporkan ke Polda Sulut," jelas Jull.

Kaka Slank diging di Batu Tiga Pulau Bangka
Kaka Slank diging di Batu Tiga Pulau Bangka (TRIBUNMANADO/RYO NOOR)

Menyusuri Pulau Bangka Bersama Kaka Slank

Sebelumnya, pada Selasa (12/07/2017), Pulau Bangka, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara menjadi tujuan perjalanan Kaka Slank.

Vokalis Band Slank itu ingin melihat kehidupan warga Pulau Bangka pascaputusan penghentian operasi tambang bijih besi, sekaligus menikmati keindahannya.

Wartawan TribunManado.co.id berkesempatan ikut dalam perjalanan menuju satu di antara Pulau yang perairannya memiliki spot diving terbaik di dunia.

Perjalanan menuju Pulau Bangka melintas jalan darat menuju Likupang ditempuh dalam waktu satu jam setengah dari pusat kota Manado.

Start poin diawali dari Paradise Ocean Park, sebuah taman bermain air yang belakangan hits sebagai tempat wisata baru di Sulut.

Sebuah kapal kayu sudah menambat, menanti kedatangan rombongan.

Kapal dibuat khusus untuk para divers properti Mimpi Indah Resort, sebuah resort di Pulau Bangka.

Baca: 5 Fakta di Balik Penembakan di Simpang Pasteur Bandung

Baca: Deretan Pujian Media Internasional untuk Indonesia yang Sukses Gelar Asian Games 2018

Dari pesisir daratan Likupang, Pulau Bangka terlihat jelas.

Lokasi kountur Pulau berbukit-bukit dengan pesisir pantai pasir putih.

Cuaca pagi itu cukup bersahabat, cerah lautnya pun tenang.

Waktu tempuh perjalanan laut relatif singkat, kurang lebih 30 menit.

Terik matahari yang harusnya menyengat kulit, terabaikan begitu memandang hamparan laut biru begitu memanjakan mata.

Warna biru pekat air laut menandakan perairan.

Makin ke tepian perairan menjadi makin jernih, nampak karang-karang menghiasi dasarnya bak taman di bawah laut, surga alam yang siap dinikmati keindahannya.

Bahkan tak sulit menemukan ikan berenang di perairan.

Masih terpaku kala menikmati keindahan Pulau Bangka, Tak terasa, kapal sudah tiba di tujuan.

Sebuah dermaga kayu menjadi tempat perhentian pertama di Pulau Bangka.

Belum menambat riuh teriakan sambutan terdengar dari dermaga.

Tiga orang bocah perempuan nampak semangat menanti kedatangan rombongan.

Mereka yakni Ocean, Sky, dan River. Para bocah adalah anak Ulva Takke, pecinta lingkungan pendiri Yayasan Suara Pulau.

Baca: Kaisar Romawi Ini Hanya Berkuasa 6 Bulan tapi Sukses Bentuk 2 Legiun Baru

Baca: Hasil Penelitian, Memaki Bisa Redakan Rasa Sakit, Tapi Jangan Kecanduan!

Ulfa bersama suami Owen Tap, mengelola Mimpi Indah Resort, tempat Kaka Slank dan rombongan akan tinggal semalam, sebelum mengunjungi Desa Kahuku, lokasi area pertambangan bijih besi.

Mimpi Indah Resort menempati areal pesisir pantai berpasir putih di sebuah teluk terletak di tenggara Pulau. 

Lokasinya hanya 1 kilometer dari Desa Livens, satu dari empat desa di Pulau Bangka.

Resort berkonsep natural.

Ada lima unit pondok penginapan, dan sebuah kafe.

Bangunan dibangun dari bambu dan pitate, semacam dinding bambu anyam beratapkan daun katu.

Sangat benuansa natural.

Pengelola menanamkan konsep rumah khas Toraja, daerah asal Ulva is Pemilik.

Areal itu berselimut hutan, bangunan bambu dikeliling pohon-pohon besar rindang.

Serasa berada di hutan, sangat alami. Meski begitu, areal itu bersih dari sampah, termasuk sampah dedaunan.

Belum puas menikmati pesisir pasir putih bersanding hutan alami, Kaka Slank dan rombongan ingin secepatnya menjajal keindahan bawah laut Pulau Bangka.

Resort memang khusus melayani para penyelam.

Lokasi penyelaman pun tak jauh dari pesisir pantai.

Dua lokasi penyelaman di sambangi.

Spot Batu tiga menjadi spot pertama yang dieksplore.

Sebuah Jejeran tiga buah pulau batu di perairan yang menonjol ke permukaan.

Di sinilah keunikan surga penyelaman Pulau Bangka.

Kontur area bawah lautnya unik, menurut Ulva Takke, pemandu selam Bangka, kountur bawah lautnya berupa dinding atau wall, mirip seperti spot Bunaken.

Sejam di bawah laut, para penyelam naik ke permukaan. Beristirahat sejenak, Kaka Slank Cs langsung melumat spot berikutnya tak jauh dari Batu Tiga.

Spot diberi nama Areng Kambing.

Waktu berlalu cepat, saking asyiknya menikmati keindahan alam Pulau Bangka, tak terasa sudah sore menandai akhir petualangan singkat hari itu.

Bencana Ekologi Ancam Pulau Bangka

Direktur Walhi Sulut Edo Rahman mengatakan bencana ekologi ancam Pulau Bangka.

"Adanya undang-undang perlindungan pulau-pulau kecil dan pesisir dari berbagai kegiatan pertambangan ternyata tidak menjamin melindungi keberadaan berbagai pulau kecil dimasuki dan dijamah kepentingan investasi pertambangan. Tak terkecuali keberadaan Pulau Bangka yang termasuk kategori pulau kecil," ujarnya, Kamis (27/10/2011).

Pulau Bangka memiliki luas 4.800 hektar, masuk dalam kategori pulau kecil.

Sehingga secara aturan otomatis dilindungi keberadaannya dari berbagai kegiatan pertambangan.

Akan tetapi, menurut Edo fakta yang ada sungguh bertolak belakang.

Keputusan Drs Sompie Singal saat menjabat Bupati Minahasa Utara, mengeluarkan rekomendasi eksplorasi kepada investor Cina dengan membawa nama PT Mikro Metal Perdana mulai mengganggu rasa aman sekitar 2.649 jiwa penduduk asli pulau Bangka yang tersebar di tiga desa yaitu Libas, Kahuku, dan Lihunu.

Mengeluarkan izin eksplorasi dan penelitian ilmiah bagi perusahaan tambang ini makin membuat waswas sebagian besar warga nelayan yang ada di pulau Bangka.

Bahkan oleh Wahana Lingkungan Hidup Sulawesi Utara sudah bisa memprediksi ancaman bencana ekologi yang bisa mengancam keberadaan pulau Bangka apabila eksploitasi pasir besi sungguh dilakukan di pulau ini.

Akhirnya rekomendasi eksplorasi dikeluarkan kala itu dengan luas penelitian mencapai 2000 hektar, atau setara dengan setengah dari luas pulau Bangka.

Fakta yang ditemukan di lapangan saat itu, menurut Direktur Walhi Sulut Edo Rahman ternyata rekomendasi eksplorasi yang diberikan kepada PT MPP ternyata dimanfaatkan untuk melakukan penggalian tanah dengan ukuran 3x10 meter sebanyak tiga lubang di pulau Bangka, bahkan alat pengeboran mereka sudah tiba kala itu.

"Pihak perusahaan juga sudah memasang lampu besar sejenis lampu mercury di puncak bukit pulau Bangka. Tentu itu adalah lampu penanda bagi kapal-kapal mereka untuk sandar dan mengangkut pasir besi," ujar Edo.

Menurut Edo, kenyataan yang terjadi untuk daerah atau pulau yang dijadikan pusat penambangan, perusahaan yang diberi ijin melakukan praktek pertambangan pasir besi mempunyai kewenangan mengeruk di areal konsesi yang diberikan, bukan hanya di darat tetapi mereka juga bisa mengeruk pesisir pantai hingga ke laut sejauh 200 meter, jika terdapat kandungan pasir besi.

Tentu saja bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika daratan dan lautan sekitar pulau dikeruk sedemikian rupa untuk mengambil pasir besinya.

Kondisi seperti ini tentu saja dikhawatirkan mengancam keberadaan pulau dan kehidupan yang ada di atasnya.

Apalagi sebagian besar warga pulau Bangka memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, tentu saja ancaman kehilangan mata pencaharian seolah menjadi mimpi buruk yang terus akan membayangi.

Keberadaan pulau Bangka yang merupakan salah satu potensi penting bagi Sulut dipastikan dikalahkan oleh kepentingan investasi.

Bukan hanya potensi perikanan yang melimpah, tetapi pulau ini juga diandalkan dari sisi tujuan wisata.

Apalagi fungsinya sebagai pelindung dan penyangga bagi taman laut Bunaken tentu diharapkan tetap dijaga utuh.

Berbagai macam penelitiaan bawah laut yang dilakukaan di sekitar perairan pulau Bangka makin melengkapi kompleksitas potensi ditambah kehidupan sosial budaya masyarakatnya yang ramah dan menggantungkaan hidup sebagai nelayan tradisional, sungguh menjadi kekayaan yang patut dijaga selalu.

Apakah lebih berpihak pada keuntungan sementara dari investasi pertambangan ataukah tetap menjaga kelestarian alam dan keseimbangan hidup yang secara turun-temurun terus dijaga dan menjadi nadi bagi kelangsungan hidup seluruh warga nelayan di pulau Bangka.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved