Renungan Minggu
Kerendahan Hati dan Ketaatan Membawa Kemenangan
Suatu persoalan bisa muncul karena adanya masalah komunikasi, di antaranya terjadi perbubahan karakter komunikasi.
Penulis: Chintya Rantung | Editor: Alexander Pattyranie
Ketaatan atau kesetiaan memang bernada heroik.
Suatu komitmen untuk melakukan sesuatu dengan konsisten dan sedia pula mengambil resiko.
Namun ketaatan yang dimaksudkan, selalu merupakan buah dari kerendahan hati.
Oleh karena itu, ketaatan jenis ini bukan bersifat buta tanpa arah.
Ketaatan yang demikian terikat pada panggilan yang jauh lebih tinggi dari diri kita yakni pada Tuhan Allah sendiri.
Demikianlah, ketaatan memang sering teruji pada saat-saat genting, penuh derita, dan menentukan.
Di dalam ketaatan-Nya kepada BapaNya, Yesus berkata: "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42).
Rasul Paulus sendiri memaknai dilema “kemanusiaan” Yesus untuk taat sampai mati dalam Filipi 2:8: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Kendati tampak penuh dilema dan kadang menggentarkan, namun suara supaya selalu setia kepada Allah dalam Yesus Kristus merupakan harga yang tidak dapat ditawar-tawar ketika kita sedia mengikut Yesus.
Jalan kesetiaan memang sempit dan penuh cadas. Ada begitu banyak hal yang tak jarang kita korbankan.
Yesus adalah Teladan Agung, hal mana kesetiaan perlu dinyatakan melalui pengorbanan dan bukan ditunjukkan semata pada kata-kata.
Karena itu marilah kita hidup dengan rendah hati, taat dan setia kepada-Nya untuk memenangkan kehidupan ini. Ketika kita taat, Allah pasti beserta kita. Amin.
(Tribunmanado.co.id/Chintya Rantung)