Renungan Minggu
Kerendahan Hati dan Ketaatan Membawa Kemenangan
Suatu persoalan bisa muncul karena adanya masalah komunikasi, di antaranya terjadi perbubahan karakter komunikasi.
Penulis: Chintya Rantung | Editor: Alexander Pattyranie
Apakah jawaban dari perintah Tuhan ini?
Ayat 44-45 menginformasikan kepada kita bahwa “mereka nekat naik ke puncak gunung itu.”
Mereka berkeras hati melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki Tuhan.
Belum sampai mereka mendaki gunung itu, orang Amalek dan Kanaan telah turun menyerang mereka.
Hasil akhirnya dapat dipastikan: Kekalahan telak.
Sekelompok orang yang telah dirasuki pengandalan diri ini tanpa mendengar firman, tercerai-berai.
Barangkali mereka berpikir, mari kita coba bertempur, siapa tahu kita menang, walaupun Tuhan tidak beserta kita daripada kembali ke padang gurun.
Pikiran seperti ini bisa disebut “berpikir pendek” dan menjurus pada fatalistik.
Pada hakikatnya peperangan mereka bukan peperangan fisik semata namun peperangan rohani, peperangan dalam diri mereka sendiri, di mana ada ketaatan di situ ada kemenangan.
Jadi kerendahan hati yang membawa ketaatan mendahului kemenangan.
Panggilannya jelas: Hidup taat kepada Tuhan. Untuk taat orang harus rendah hati.
Kerendahan hati seperti kelembutan hati, dapat disalahartikan dengan suatu kelemahan.
Lalu di manakah letak kekuatannya? Kekuatan kerendahan hati ada pada kelapangan menerima sesuatu.
Kelapangan dan keluasan yang menunjuk pada kepasrahan atas karya dan tindakan Allah.
Kerendahan hati mengandaikan kesediaan menerima apa yang baik dari Tuhan dan sesama, dan memaknainya dalam tindakan yang luhur dan mulia.