Sejarah Daerah di Sulut
Silsilah Raja-Raja Bolaang Mingondow (4)
Contoh-contohnya Pemberlakuan pengangkatan raja yang dipilih dari pihak pria keturunan raja-raja (patrilineal).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Aswin_Lumintang
"Mengenai pelantikan Raja ini, penulis = Dunnebier tidak dapat memberi tanggal resmi, tetapi beranggapan boleh mengatakan, bahwa pelantikan itu dilakukan pada tahun 1880" di sini kita bisa lihat kekeliruan W. Dunnebier yang tanpa mengetahui dengan jelas terus langsung mendaulat Abraham Sugeha sebagai raja yang dalam tulisan ini dikatakan sebagai pendapat orang awam disamping juga W. Dunnebier dekat sekali secara pribadi dengan Raja D. C. Manoppo yang notabennya adalah "cucu menantu" dari Abraham Sugeha itu sendiri sehingga secara phsikologis W. Dunnebier juga tidak berani mengungkapkan kenyataan bahwa Abraham Sugeha bukan raja tetapi sebagai pelaksana tugas pemerintahan( dapat kita lihat bersama dimana Abraham tidak pernah mewariskan kedudukan Raja kepada keturunan-keturunannya tetapi pemerintahan Abraham dalam arti bukan sebagai Raja karena pemimpin pemerintahan adalah jabatan Jogugu atau Perdana Menteri) dan posisi Raja tetap dipeggang oleh keturunan Manoppo(pada saat itu yaitu tidak lain adalah menantu dari Abraham Sugeha yang bernama Raja Ridel Manuel Manoppo) karena raja yang resmi yaitu Raja Johannes Manuel Manoppo berada dalam tahanan di Jawa walaupun masih resmi menjabat sebagai Raja Bolaang Mongondow.
Hal ini dapat juga kita lihat dalam W. Dunnebier tahun 1984 halaman 63 yang berbunyi : "Diharapkan, bahwa pemerintahan yang ada sekarang seluruhnya akan dipulihkan, apa yang telah rusak dalam tahun-tahun terakhir". Disini bukan ditulis "pemerintahan raja baru" tetapi "pemerintah baru" yang dalam konteks kepangkatan Mongondow adalah yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di bawah kekuasaan raja seperti Perdana Menteri atau Jogugu. Di lain sisi Abraham Sugeha tidak punya kontrak resmi dari Belanda sehingga otomatis pula tidak dinobatkan sebagai raja dalam pengangkatan secara adat karena kontrak yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda harus didahului oleh pengangkatan raja secara adat dan kedua segi ini tidak pernah disandang oleh Abraham Sugeha.
Sebagai bukti dalam berbagai literatur Belanda termasuk W. Dunnebier sendiri tidak pernah menyebutkan kontrak resmi Pemerintah Hindia Belanda kepada Abraham Sugeha. Dalam W. Dunnebier tahun 1984 pada bagian LAMPIRAN I halaman 104 dalam bagian @+ 33@ dimana status Abraham Sugeha sengaja tidak dijalaskan sehingga benar-benar tidak dikatahui oleh masyarakat awam atau masyarakat di luar istana atau di luar lingkungan kerajaan bahwa Abraham Sugeha bukan raja tetapi sebagai pelaksana tugas-tugas raja dalam pemerintahan(yang biasa dijabat oleh Jogugu atau perdana menteri) dan bukan sebagai raja. Abraham Sugeha melaksanakan tugas-tugas raja dalam pemerintahan sampai putra Raja Johannes Manuel Manoppo yang bernaman Ridel Manuel Manoppo sudah siap untuk dilantik menjadi raja sebagai pengganti Raja Johennes Manuel Manoppo karena berdasarkan pengalaman pemerintah Hindia Belanda mengasingkan Raja Salomon Manoppo sekaligus menurunkannya dari kedudukan raja dimana apabila raja yang diasingkan langsung diberhentikan maka akan memancing timbulnya instabilitas dalam lingkungan kerajaan antara lainnya saling merebut jabatan raja.
Dengan memberikan kesempatan kepada Andi Abraham Panungkelan(Abraham Sugeha) menjadi pelaksana tugas raja(CARETAKER) dalam pemerintahan seperti Jogugu(perdana menteri atau pelaksana tugas pemerintahan) agar tidak terjadi perebutan kekuasaan antar kaum bangsawan karena pemerintah Hindia Belanda beralasan bahwa selama periode pengasingan tidak ada pergantian raja dan pengganti raja nanti terjadi pada pelantikan Ridel Manuel Manoppo menggantikan ayahnya Raja Johannes Manuel Manoppo berkuasa sejak dilantik tahun 1862 sampai tahun 1893 Masehi. Di sini dapat menjelaskan kepada kita perihal pelaksana tugas pemerintahan oleh Andi Abraham Panungkelan atau Abraham Sugeha tidak merupakan pengganti raja. Abraham Sugeha bukan berarti mengambil alih jabatan raja tetapi hanya sebagai pelaksana tugas pemerintahan karena secara resmi jabatan raja tetap berada pada Raja Johannes Manuel Manoppo.
Apabila ada yang menyebut Abraham Sugeha adalah raja sebaiknya dibiarkan saja karena itu adalah pendapat orang awam, sedangkan menurut pihak Pemerintah Hindia Belanda raja yang definitif dan sah adalah Raja Johannes Manuel Manoppo dan hal ini tidak perlu kita perdebatkan dan yang penting sudah kita ketahui bagaimana pergeseran kekuasaan raja Bolaang Mongondow dari Raja Johannes Manuel Manoppo kepada Raja Ridel Manuel Manoppo. Bersambung ke tulisan yang berjudul "KEKELIRUAN PENYATUAN NAMA RAJA DAMOPOLII ATAU DATU KINALANG DALAM SEJARAH(RALAT II)".
SUMBER DATA : Berdasarkan karya-karyanya W. Dunnebier sendiri; "Mododatu In Bolaang Mongondow Dan Pembatasan Penulisan Sejarah Untuk Kepentingan Penguasa Era Penulis W. Dunnebier"; dan lainnya. Untuk konvirmasi data-data sejarah atau hikayat maupun daftar silsila keturunan Raja-Raja Bolaang Mongondow atau Para Datu Binangkang(Raja-Raja Loloda' Mokoagow).(*)