Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pahlawan Nasional

Gus Dur, Pahlawan Kemanusiaan Sejati: Dikenang Bukan Karena Jabatan Presiden, Tapi Ketulusannya

Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal sebagai simbol perjuangan kemanusiaan dan toleransi di Indonesia.

Tribunnews.com
PAHLAWAN NASIONAL - Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal bukan hanya sebagai Presiden Keempat Republik Indonesia, tetapi juga sebagai simbol perjuangan kemanusiaan dan toleransi di Indonesia. Gus Dur, Pahlawan Kemanusiaan Sejati: Dikenang Bukan Karena Jabatan Presiden, Tapi Ketulusannya. 

Sekalipun Gus Dur memiliki kesempatan untuk tetap menjabat, ia memilih melepaskan jabatannya agar tidak terjadi pertumpahan darah dan pengorbanan nyawa.

Jejaknya membela kemanusiaan tak hanya terjadi saat ia menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia, tetapi jauh sebelum itu.

Selama Soeharto berkuasa, kritik Gus Dur terhadap rezim yang berkuasa sering dilontarkan dalam bentuk humor.

Salah satu humornya cerita seorang presiden dari negara asing yang berusaha melucu di depan orang Indonesia dengan pidatonya yang panjang.

Namun, penerjemahnya hanya menyampaikan beberapa kata, kemudian peserta tertawa.

"Diterjemahkannya pendek, kok semua orang tertawa?" tanya presiden.

"Iya itu di Indonesia soalnya," jawab salah satu orang dekatnya presiden tersebut.

"Memang orang itu bilang apa?" lanjut presiden.

"Kalian semua harus ketawa karena presiden tamu kita sedang melucu, yang tidak ketawa dihukum," jawab orang terdekat presiden.

Menurut Alissa, humor itu berupa sindiran terhadap kondisi masyarakat Indonesia yang hanya mengikuti perintah tanpa mengerti maksudnya.

Setelah menjabat jadi presiden, Gus Dur mencabut instruksi Presiden Soeharto yang memerintahkan perayaan pesta agama dan adat istiadat etnis Tionghoa dilarang di muka umum.

Pencabutan Inpres oleh Gus Dur pada 17 Januari 2000 itu memberikan kelapangan bagi masyarakat yang beragama Konghucu untuk merayakan imlek bersama.

Setelah pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun 1967, kemeriahan Imlek akhirnya bisa dirasakan di Indonesia.

Pada era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Imlek dijadikan hari nasional, sedangkan  penetapan Imlek sebagai hari libur nasional baru dilakukan pada 2003.

Pun ketika telah meninggalkan dunia ini, Gus Dur tetap memilih dalam jalan perjuangan kemanusiaan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved