Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Beras Oplosan

Segini Harta Kekayaan Karyawan Gunarso Direktur Operasional PT FS, Tersangka Beras Oplosan

Ternyata mereka bukanlah orang sembarangan, satu di antaranya adalah Karyawan Gunarso; Direktur Operasional PT FS.

Editor: Alpen Martinus
Kolase Tribun Manado/Dok. PT Food Station
TERSANGKA - Karyawan Gunarso, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya. Karyawan Gunarso bersama dua orang lainnya, yaitu Direktur Operasional PT FS, RL alias Ronny Lisapaly, dan Kepala Seksi Quality Control PT FS, RP, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus beras oplosan. Penetapan tersangka ini disampaikan Satgas Pangan Polri pada Jumat (1/8/2025). Ilustrasi Beras (kanan) 

Lalu, Toko Sumber Rejeki produsen Jelita dan PT Padi Indonesia Maju Wilmar produsen Sania.

Tak hanya praktik beras oplosan, Satgas Pangan Polri juga melakukan pendalaman untuk mengusut dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

"Selain perlindungan konsumen juga ada UU Tindak Pidana Pencucian Uang, itu akan men-tracing berapa lama dia melakukan dan keuntungannya berapa banyak," jelas Brigjen Helfi Assegar, Kamis (24/7/2025).

Kementan sebelumnya juga telah menyampaikan pihaknya menemukan ratusan merek beras yang diduga tak memenuhi standar mutu, takaran, dan harga eceran tertinggi (HET).

Tindakan itu mengakibatkan kerugian konsumen hingga Rp99 triliun.

"Dari hasil tim kami di lapangan, potensi kerugian konsumen mencapai Rp99 triliun. Ini hasil yang sangat mengejutkan," ungkap Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (26/6/2026).

Pemeriksaan dilakukan langsung ke pasar-pasar besar di 10 provinsi, menyasar kategori beras premium dan medium.

Pemeriksaan menyangkut kualitas, takaran berat, dan kesesuaian harga dengan aturan pemerintah.

Hasilnya, dari 136 merek beras premium yang diuji, 85,56 persen tak memenuhi standar mutu, 59,78 persen melampaui HET, dan 21 persen tidak sesuai berat.

Bahkan, banyak kemasan lima kilogram hanya berisi empat kilogram beras.

"Kami mengecek mulai dari mutu, kualitas, timbangan, dan HET. Ternyata banyak yang tak sesuai," kata Amran.

Kondisi lebih buruk ditemukan pada beras medium. Dari 76 merek yang diuji, sebanyak 88 persen tidak sesuai mutu, 95 persen melampaui HET, dan 10 persen tidak sesuai takaran.

Amran menyoroti kejanggalan harga beras yang tinggi di pasar, padahal data produksi menunjukkan stok nasional berlimpah.

Berdasarkan laporan terbaru, produksi beras nasional diperkirakan mencapai 35,6 juta ton—melampaui target 32 juta ton.

Temuan ini diperoleh melalui pengujian di 13 laboratorium dan akan segera diverifikasi ulang.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Abdi Ryanda/Fersianus Waku, Kompas.com/Shela Octavia)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

 

Sumber: Tribunnews
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved