Kisah Tsar Terakhir Rusia: Kejatuhan Nicholas II dan Runtuhnya 300 Tahun Kekuasaan Romanov

Namun sebagai pewaris, ia tetap dijauhkan dari diskusi politik, menjadikannya tak matang secara administratif meski mapan secara simbolik.

2. Diangkat Sebagai Tsar: Ketidaksiapan yang Menjadi Awal Kejatuhan

Pada musim gugur 1894, Alexander III jatuh sakit dan mangkat di usia 49 tahun.

Di ranjang kematiannya, ia meminta Nicholas mengikuti nasihat Menteri Keuangan Sergey Witte.

Namun amanat itu tidak cukup untuk mematangkan Nicholas secara politik.

Di usia 26 tahun, Nicholas resmi menjadi Tsar Rusia, meski secara pribadi ia mengaku takut dan tidak siap.

"Saya tidak tahu bagaimana mengelola negara. Apa yang akan terjadi pada saya dan Rusia?" keluhnya kepada Grand Duke Alexander.

Penobatan Nicholas pada Mei 1896 justru diwarnai tragedi: 1.389 orang tewas terinjak dalam perayaan di Moskwa.

Dikenal sebagai Tragedi Khodynka, peristiwa ini menjadi noda awal pemerintahannya dan menimbulkan persepsi bahwa Tsar tidak peduli pada rakyat.

3. Perang Rusia-Jepang: Ambisi Timur Jauh yang Berakhir Malu

Di awal pemerintahannya, Nicholas lebih fokus mempertahankan status quo di Eropa.

Namun pembangunan jalur kereta Trans-Siberia untuk memperkuat pengaruh Rusia di Timur jauh membuat Jepang merasa terancam.

Ketegangan ini meledak pada 8 Februari 1904 ketika Jepang menyerang Port Arthur.

Rusia pun mengirim Armada Baltik untuk melawan Jepang, tapi perjalanan jauh dan larangan melintasi Terusan Suez oleh Inggris membuat armada ini kalah telak.

Akhirnya pada 5 September 1905, Rusia harus menyerahkan wilayah penting dalam Perjanjian Portsmouth, mempermalukan kekaisaran di mata dunia dan memperlemah wibawa Nicholas.