Opini
Biarkan Mereka Berbicara
Jika ruang-ruang dialog, diskusi sudah ditutup lalu dengan cara apa agar manusia saling memahami dan menghargai?
Oleh: Dr Muhammad Tahir Alibe
Dosen IAIN Manado - Pengurus MUI Sulawesi Utara
HARI itu para pembesar Quraisy mengadakan sidang umum. Mereka memperbincangkan berkembangnya gerakan baru yang diasaskan Muhammad.
Ada dua pilihan. To shoot it out atau to talk it out. Membasmi gerakan itu sampai habis atau mengajaknya bicara sampai tuntas.
Pilihan kedua yang diambil. Untuk itu, serombongan Quraisy menemui Nabi saw.. Beliau sedang berada di mesjid. Utbah bin Rabi'ah, anggota Dar al-Nadwah (parlemen) yang paling pandai berbicara, berkata:
"Wahai kemenakanku! Aku memandangmu sebagai orang yang terpandang dan termulia di antara kami. Tiba-tiba engkau datang kepada kami membawa paham baru yang tidak pernah dibawa oleh siapa pun sebelum engkau.
Kau resahkan masyarakat, kau timbulkan perpecahan, kau cela agama kami. Kami khawatir suatu kali terjadilah peperangan di antara kita sehingga kita semua binasa.
Apa sebetulnya yang kau kehendaki. Jika kau inginkan harta, akan kami kumpulkan kekayaan dan engkau menjadi orang terkaya di antara kami.
Jika kau inginkan kemuliaan, akan kami muliakan engkau sehingga engkau menjadi orang yang paling mulia. Kami tidak akan memutuskan sesuatu tanpa meminta pertimbanganmu.
Atau, jika ada penyakit yang mengganggumu, yang tidak dapat kau atasi, akan kami curahkan semua perbendaharaan kami sehingga kami dapat-kan obat untuk menyembuhkanmu.
Atau mungkin kau inginkan kekuasaan, kami jadikan kamu penguasa kami semua." (Jalaluddin Rakhmat: Tafsir bil Ma'tsur Pesan Moral al-Qur'an, 131).
Dialog ini antara Nabi Muhammad saw dengan Utbah bin Rabi'ah tokoh Musyrik Quraisy. Kepada manusia yang berbeda paham, sering kali lebih memilih logika kekuatan daripada kekuatan logika.
Baca juga: Menjadi Manusia Pancasila di Era Digital
Kepada non-muslim al-Quran memberi petunjuk agar berdebat dengan mereka dengan cara yang paling baik.
Al-Quran surah al-Kafirun setelah menegaskan perbedaan ideologi antar keduanya, surah itu ditutup dengan kalimat yang sangat indah, untukmu agamamu, untukku agamaku.
Islam tidak membolehkan pemaksaan dalam beragama walaupun agama itu benar sebab agama sangat menghargai pilihan, dan keyakinan setiap manusia, kayakinan tidak boleh dipaksakan kepada setiap orang (لا اكره فی الدين)
Kita mengenal akhlak Nabi saw dalam menghormati pendapat orang lain. Yang menakjubkan kita adalah perilaku kita sekarang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.