Opini
Indonesia Semakin Terang di Bulan Ramadhan?
Di bulan Ramadhan, manusia diingatkan untuk selalu menyucikan rohaninya, melahirkan naluri kuat untuk kembali ke 'Asal Yang Suci'.
Di bulan suci Ramadan1446 H 2025 merupakan bulan kasih sayang 'rahmat', bulan pengampunan 'maghfirah', bulan penuh keberkahan 'barakah', bulan kemenangan 'falah', bulan pembelajaran 'tarbiyah', dan bulan di mana setiap ibadah dilipatgandakan.
Sejauh ini kita sering 'digoda' iblis' untuk melihat 'keluar,' indahnya surga dunia. Hal ini membuat kita takluk dalam simulakrum: citra, prestise, status, mode, dan gaya hidup mewah koleksi mobil dan barang mewah termasuk koleksi istri simpanan.
Hal-hal seperti ini membuka peluang terjadinya perbuatan tidak 'halal' seperti korupsi, suap, fitnah, bayar-bayar dan lain-lain.
Pada titik ini secara moral manusia tercerabut dari "kebahagiaan asali", "paradiso", kesucian primordial, "fitrah" dan tercampak dalam 'kegelapan', "inferno".
Di bulan Ramadhan, manusia diingatkan untuk selalu menyucikan rohaninya, melahirkan naluri kuat untuk kembali ke 'Asal Yang Suci'.
Itu sebabnya, alegorisme Alquran mengandaikan manusia yang sukses bangkit dan meretas diri dari kepompong 'aku-gelap' menuju 'aku-cahaya' yang otentik tertuang dalam titah-Nya: min al-zhulumâti ila al-nûr.
Filsuf muslim dan pentolan philosphia perennis, Seyyed Hossein Nasr dalam buku Knowledge and the Sacred (1981) mendaku, 'kerinduan untuk selalu kembali ke 'Asal Yang Suci', tidak semata dialami manusia tapi juga seluruh kosmik.
"Naluri kosmik" untuk kembali ke “Asal Yang Suci” membuat terciptanya gerak siklis bagi seluruh realitas untuk kembali ke asalnya yang suci.
'Marhaban ya Ramadan'
Selamat menjalankan ibadah puasa 2025, semoga hati kita semakin bersih dan iman semakin kuat. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.