Catatan Jurnalis
Pendekar Wanita dan Naga
Ratusan warga yang memadati sekitar panggung utama perayaan Cap Go Meh di Kampung Cina Manado, Sulawesi Utara, Rabu (12/2/2025).
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Saya kira, mungkin inilah yang diinginkan Tang Sin saat ia mengayunkan bendera ke kiri dan ke kanan.
Agar Yin dan Yang seimbang. Awan dan angin bergerak selaras. Cap Go Meh adalah tradisi yang diawali beberapa abad lampau.
Tangsin pertama bernama Oei Pie. Ia jalani sumpah bahwa tujuh turunannya akan mengabdi sebagai Tangsin.
Munculnya Tangsin pertama rupanya langsung mencuri hati warga Manado.
Maka muncullah nama Tangsin versi Manado.
Ence Pia. Ence adalah sebutan untuk laki - laki cina totok.
Sedang Pia adalah panggilan untuk Oei Pie.
Hingga kini banyak warga Manado yang menyebut Tangsin dengan Ence Pia.
Ratusan tahun lamanya Cap Go Meh dihelat di Manado dengan Tangsin sebagai pusatnya.
Di masa orde baru dimana kebudayaan Cina dilarang, Cap Go Meh tetap mentas di Manado. Ence Pia tetap keliling kampung Cina.
Mungkin Manado adalah satu satunya daerah di Indonesia yang mementaskan Cap Go Meh di era orde baru.
Saya kira ini karena Cap Go Meh sudah berabad lamanya turut menyemai kerukunan antar umat beragama di Manado.
Bangunan kerukunan ini terlalu kuat hingga tak sanggup digilas kebijakan rasis orde baru.
Hal yang membuat saya betah menyaksikan Cap Go Meh Manado selama berjam - jam lamanya adalah harmoni budaya.
Ada perbedaan tapi selaras dan bergerak menuju arah yang sama. Satu Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.