Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Ferry Liando

Menguji Efektivitas Kampanye Pilkada 2024

KPUD baru saja menetapkan peserta pemilihan kepala daerah tahun 2024. Setelah KPUD mengundi penentuan nomor urut peserta maka tahapan selanjutnya.

|
Editor: Arison Tombeg
Kolase Tribun Manado
Ferry Daud Liando, Dosen Kepemiluan FISIP Unsrat. KPUD baru saja menetapkan peserta pemilihan kepala daerah tahun 2024. Setelah KPUD mengundi penentuan nomor urut peserta maka tahapan selanjutnya adalah kampanye. 

Di daerah sebagian konsep RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah)  tidak terwujud secara sempurna meski RPJMD itu berisi dokumen visi misi kepala daerah terpilih.

Ketiga, visi, misi dan program calon tidak dirumuskan dengan baik. Identifikasi permasalahan di daerah serta masalah dan ancaman kedepan tidak dikaji secara tepat.

Sebagian besar materi visi, misi dan program hanya di susun oleh orang terdekat calon ataupun patut diduga adanya copy paste. 

Penunjukan calon peserta pilkada oleh sebagian parpol yang baru ditunjuk saat detik-detik jadwal pendaftaran pasangan calon menjadi salah satu penyebab dokumen visi, misi dan program hanya dilakukan seadanya. Sekedar untuk melengkapi dokumen pendaftaran.

Keempat, perilaku sebagian besar aktor-aktor politik di masa lampau yang kerap menghalakan segala cara merebut kekuasaan, kini persepsi itu telah menular ke masyarakat sebagai pemilih.

Akibat penularan itu, kini terbentuk tiga watak atau model pemilih. Pertama, adalah watak pemilih pragmatis. Model pemilih ini tidak melihat visi, misi dan program calon sebagai dasar untuk memilih. Pilihannya ditentukan oleh imbalan yang ia terima. Tanpa uang, tanpa suara.

Kedua, adalah watak pemilih sosiologis. Model pemilih ini juga tidak melihat visi, misi dan program yang ditawarkan calon. Pilihannya ditentukan oleh hubungan emosoinal seperti kesamaan keyakinan, kesamaan etnik, kesamaan komunitas, kesamaan profesi dengan calon.

Ketiga, adalah watak pemilih psikoligis. Model pemilih ini juga tidak melihat visi, misi dan program calon tapi pilihannya ditentukan oleh kesenangan pemilih terhdap kondisi fisik calon. Model pemilih ini banyak menyasar pemilih milenial. 

Karena kampanye merupakan tahapan dalam pilkada, maka semua kontestan wajib untuk mengikutinya. Namun kegiatan kampanye yang hanya berbentuk show of force, memobilisasi masa dan mengadu domba harusnya dapat dikesampingkan.

Selama ini peserta kampanye bukanlah peserta yang datang oleh karena sebuah kesadaran. Tapi kehadiran mereka kerap hanya dimobilisasi dengan iming-iming uang, makanan dan kaos.

Artis-artis dangdut dan pelawak dihadirkan untuk menyemarakkan kampanye

Tujuan kampanye yang sesunggunya bertujuan sebagai proses komunikasi politik kemungkinan besar tidak akan terwujud.

(*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Aib untuk Like

 

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved