Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sosok DN Aidit di Mata Orang yang Mengenalnya, dari Wartawan hingga Saudara Kandung: Khatam Al-Quran

Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 misalnya. Momen ketika Soekarno dan Hatta diculik oleh sekelompok anak muda yang mendesak keduanya segera.

Editor: Rizali Posumah
Wikimedia Commons
DN Aidit berbicara pada pertemuan Pemilu 1955. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - "Seperti Soekarno maupun Soeharto, Aidit adalah juga sebuah nama yang dalam gelombang sejarah sempat terlambung sebelum terhempas."

DN Aidit tak bisa dipungkiri adalah satu nama yang pernah menghias sejarah Republik Indonesia. 

Sederet peristiwa penting yang ikut menentukan ke mana arah negeri ini, pernah mencatat namanya. 

Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 misalnya. Momen ketika Soekarno dan Hatta diculik oleh sekelompok anak muda yang mendesak keduanya segera memproklamasikan kemerdekaan.

Aidit turut dalam gerakan gersebut. Bersama Chaerul Saleh, Sobadio Sastrosatomo dan lain-lain, tugasnya demikian penting, yakni mendesak agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan Indonesia. 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia akhirnya diproklamasikan. 

Namun, dalam sejarah versi Orde Baru, nama Aidit hitam belaka; Ketua Partai Komunis Indonesia, pembunuh 7 jenderal, orang di balik Gerakan 30 September hingga tokoh pemberontak yang mencoba mengganti ideologi Pancasila dengan Komunis. 

Lantas bagaimana kisah Aidit dari kacamata orang-orang yang mengenalnya secara langsung? 

Berikut tulisan Seno Gumira Ajidarma yang dilansir tribunmanado.co.id dari Intisari Online 

--------------------------------------------------------------------------------------

Pembunuhan karakter adalah salah satu manuver dalam dunia politik. Dalam pembunuhan karakter terdapat metode yang disebut demonisasi alias pengiblisan.

Jadi, siapa pun orangnya yang terlibat, apalagi dengan sadar menempuh karier, dalam dunia politik praktis maupun berpolitik di dunia non-partai, di samping berpeluang menerima kemuliaan, tidak kurang-kurangnya mesti siap mengalami pengiblisan, selama masih hidup maupun sesudah mati.

Seperti Soekarno maupun Soeharto, Aidit adalah juga sebuah nama yang dalam gelombang sejarah sempat terlambung sebelum terempas - sampai tiba saat sejarah mengadilkannya, dengan kaidah ilmu sejarah.

Telepon dan sepeda

Pada masa Orde Baru, setiap bulan September, tepatnya tanggal 30, diputar film Pengkhianatan G30S sebagai bagian dari proyek politik semacam itu.

Setelah Reformasi 1998, film itu menghilang dari media televisi, dan informasi baru tentang masa lalu yang pahit tersebut muncul di mana-mana, termasuk tentang sosok Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia yang naik ke panggung politik dalam usia yang masih sangat muda.

Kepada Intisari, Amarzan Loebis yang pernah menjadi redaktur Harian Rakjat dan mengenal Aidit berkisah, bahwa kesuksesan sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia maupun sebagai menteri sejak umur 30-an, telah membentuk sikap dan kepribadiannya pula.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved