Opini
Mengoptimalkan Produksi Tanaman Jagung di Sulawesi Utara
Perlunya upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menghadapi berbagai tantangan.
Oleh: Supratman Sirih, STP., MSi
Mahasiswa S3 Prodi Entomologi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado.
USAHA budidaya komoditi jagung selama beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan.
Namun saat ini petani jagung sedang menghadapi tantangan serius terkait organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat mengancam hasil panen mereka.
Lalu untuk menjaga stabilitas ketersediaan komoditas jagung apa yang perlu dilakukan?
Menurut saya adalah perlunya upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menghadapi berbagai tantangan seperti risiko gagal panen yang ditimbulkan oleh adanya serangan hama pada tanaman jagung.
Adapun hama yang sering dijumpai pada pertanaman jagung yaitu Atherigona exigua (lalat bibit), Ostrinia furnacalis (penggerek batang), Helicoverpa armigera (penggerek tongkol), Agrotis ipsilon (ulat tanah), Spodoptera litura dan spodoptera frugiperda (ulat grayak).
Perbedaan di antara kedua jenis serangga ulat grayak ini adalah dari anatomi tubuh eksternal. Spodoptera frugiperda memilik corak huruf Y terbalik dan terdapat 4 bintik hitam besar pada bagian abdomen.
Umumnya hama-hama ini menyerang tanaman jagung dengan cara imago meletakkan telur pada permukaan bawah daun atau batang yang dekat dengan permukaan tanah.
Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva yang kemudian akan memakan daun, titik tumbuh tanaman, batang, tongkol jagung dan membuat lubang hingga ke dasar batang atau titik tumbuh tanaman.
Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa titik kegiatan pertanaman jagung di Minahasa Selatan dan Minahasa Utara, terlihat tanda-tanda adanya serangan hama ulat pada fase awal pertumbuhan tanaman umur 10 HST.
Dilihat dari dampak yang tejadi pada tanaman seperti daun yang paling muda dan baru rata-rata mengalami gerekan, terdapat lubang-lubang atau potongan pada daun, rusak bagian tengah daun, daun tampak transparan seperti kertas klobot di beberapa bagian.
Juga pertumbuhan yang terhambat atau tidak normal, daun yang kuning dan daun tergulung.
Terdapat feses kecil berwarna gelap/hitam pada daun atau di sekitar tanaman dan ditemukan larva instar 1 dan 2 di dalam lipatan pucuk daun muda.
Hama tersebut teridentifikasi merupakan jenis ulat grayak frugiperda atau dekenal dengan istilah FAW. Berbagai hasil riset melaporkan kerusakan tanaman jagung yang ditimbulkan oleh hama FAW pada tahap ini mencapai 80 persen.
Saya sempat wawancara dengan Gerard Ngantung, petani lokal di Kelurahan Airmadidi Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.