Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Heboh di Bitung

Isi Ceramah Habib Abdullah Bin Smith Bikin Bitung Makin Sejuk, Sebut Kejadian Lalu Bukan Soal Agama

Habib Abdullah Bin Ali Bin Smith, membuka kegiatan dalam doa dan membawakan ceramah yang menyejukkan.

Tribun Manado/Christian Wayongkere
Habib Abdullah Bin Ali Bin Smith, pimpinan Markas Majelis Dzikir Wa Ta'lim Al Haudh Bitung bersama Kapolda Sulut Irjen Pol Setyo Budiyanto 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Bitung - Habib Abdullah Bin Ali Bin Smith, pimpinan Markas Majelis Dzikir Wa Ta'lim Al Haudh, di Kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian Bitung, apresiasi kegiatan Polda Sulut, Minggu (3/12/2023).

Polda Sulut kembali menggelar Bakti Sosial dan Kesehatan, dalam rangka semangat Polda Sulut melayani Masyarakat di Bitung.

Habib Abdullah Bin Ali Bin Smith, membuka kegiatan dalam doa dan membawakan ceramah yang menyejukkan.

Baca juga: Polwan Cantik Polda Sulut Hibur Anak-anak di Bitung Sulawesi Utara, Main Games di Teras Mesjid Agung

Dalam ceramahnya, Habib Abdullah menyentil masalah yang terjadi di Bitung Sabtu pekan lalu disikapi dengan beberapa poin.

Sabtu pekan lalu, di Bitung sempat terjadi bentrok dua kelompok.

"Pertama itu bukan masalah agama, yang terjadi bukan masalah agama. Yang terjadi, kekeliruan kecil, tapi diangkat dengan media sosial menjadi besar," kata Habib Abdullah Bin Smith kepada hadirin Wal hadirat yang hadir, di Markas Majelis Dzikir Wa Ta'lim Al Haudh, di Kelurahan Girian Permai Kecamatan Girian Bitung.

Karena suatu masalah kecil ketika di media sosial, menjadi besar masalahnya.

Sekali lagi Habib Abdullah, tekankan masalah itu bukan masalah agama, hanya karena segelintir orang dari ini dan itu.

"Alhamdulillah bersyukur semua Polda ambil sikap tanggap dan cepat, sehingga Alhamdulillah cepat selesaikan masalah karena torang disini ada semboyan, torang samua basudara," jelas Habib Abdullah.

Menurutnya di Bitung Sulawesi Utara aman.

Ia mencontohkan Sil silah keluarganya, berasal dari Tou Tondano atau orang Minahasa.

Ibu marga Assagaf orang Kampung Jawa, dari pihak ibu sampai ke Marga Wonggo, Suratinoyo orang Tondano.

Habib menerangkan sedikit sejarah tentang Panglima Suratinoyo, sosok yang di buang sebuah kerajaan di Jawa.

Panglima Suratinoyo, kawin dengan Helena Kawilarang anak hukum tua Minahasa Alexander Kawilarang.

Untuk itulah, Habib menyampaikan sebagai sesama warga Minahasa harus baku-baku bae, baku-baku sayang, ini yang harus di jaga dan perkuat.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved