Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mata Lokal Memilih

Gibran dan Kaesang Mendadak Dekati Megawati Lalu Cium Tangannya

Ada momen tak terduga yang terjadi saat acara pengundian nomor urut Capres-Cawapres peserta Pemilu 2024 di KPU, Selasa (14/11/2023) malam.

Editor: Alexander Pattyranie
Kolase/Kompas TV
Gibran dan Kaesang Mendadak Dekati Megawati Lalu Cium Tangannya 

Setelah elite partai politik pendukung Ganjar menyalami Megawati, Gibran yang duduk di samping Prabowo pun berjalan menghampiri Megawati yang duduk di samping Ganjar Pranowo.

Gibran langsung membungkukan tubuhnya dan menangkupkan kedua telapak tangannya menncium tangan Megawati Soekarnoputri.

Setelah menyalami dan mencium tangan Megawati, Gibran pun terlihat mencium dan menyalami tangan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO).

Kemudian menyusul Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep berjalan menuju tempat Megawati duduk.

Terlihat Kaesang mengenakan jaket merah khas PSI pun membungkukan badannya dan menyalami serta mencium tangan Megawati serta OSO.

Sementara Gibran melanjutkan dengan menyalami Ketua Umum Perindo Hary Tanoesudibjo, plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono.

Setelah itu, giliran Prabowo Subianto bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke tempat duduk Megawati.

Prabowo tampak memberikan hormat kepada Megawati kemudian menjabat tangan Megawati dan OSO.

Diketahui, hasil dari pengundian nomor urut tersebut pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat nomor urut 1, Prabowo Subianto- Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.

Sementara itu, pakar hukum tata negara Bivitri Susanti menyoroti soal politik dinasti yang belakangan ini menjadi perhatian publik.

Menurut Bivitri, ada narasi balik politik dinasti diperbolehkan jika berasal dari keluarga patriotik dan miliki itikad baik, padahal itu keliru.

"Soal dinasti politik ada tanggapan balik, counter naratif bahwa tidak ada masalah asalkan keluarganya patriotik atau keluarganya bertingkat baik," kata Bivitri berdiskusi bertajuk menyelamatkan demokrasi dari cengkraman oligarki dan dinasti politik, Hotel Borobudur, Jakarta (14/11/2023).

Menurut Bivitri, dinasti politik dinasti adalah soal cara berpolitik. Bukan soal keluarganya.

Keluarga politik menurutnya, itu wajar sama halnya dengan keluarga pengusaha.

"Tapi politik dinasti dari para ahli ilmu politik bukan sekadar politik keluarga. Kenapa menggunakan istilah politik dinasti karena ada sebabnya," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved