Ancaman Zoonosis di Sulut
Ternyata Hanya 3 Hewan ini yang Dimakan Leluhurnya Orang Minahasa, Ular dan Kelelawar Tak Termasuk
Dulu nenek moyang orang Minahasa tak makan kelelawar. Kelelawar bahkan bukan menjadi hewan pilihan dalam berbagai ritual orang Minahasa.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Dulu nenek moyang Minahasa hanya menjadikan babi, anjing dan tikus sebagai hewan ritual untuk dimakan.
Kenapa akhirnya kelelawar, kucing, ular patola hingga yaki yang diburu dan dimakan itu karena ada ceritanya.
“Orang Minahasa zaman dulu itu hanya berburu babi dan tikus. Saat mereka masuk ke hutan, hewan-hewan seperti ular dan kelelawar lah yang pertama kali mereka jumpai. Orang zaman dulu percaya kalau bertemu ular saat berburu itu pertanda buruk, makanya kenapa akhirnya ular yang jadi hewan buruan dan disantap,” kata Budayawan Minahasa,
Deni Pinontoan saat Tribun Manado berkunjung ke
kediamannya di Tomohon.
Lanjut Deni Pinontoan, hal itu juga terjadi pada kelelawar hingga yaki atau monyet.
Sejarawan Minahasa itu kemudian menjelaskan soal penggunaan hewan tak biasa untuk dijadikan makanan ritual oleh masyarakat Minahasa.
“Kenapa orang Minahasa makan anjing itu karena ada ritual. Jadi orang Minahasa zaman dulu itu. saat ada perayaan naik rumah baru misalnya mereka akan menyembeli anjing, itu karena anjing dianggap sebagai sahabat dan sering dijadikan hewan penjaga rumah. Sementara babi adalah hewan yang ada saat pernikahan dan tikus itu kan memang dulunya adalah hewan buruan. Beda lagi dengan kelelawar, ular patola dan monyet karena itu dari awal dianggap sebagai pertanda tak baik kalau bertemu hewan tersebut saat berburu,” terang Budayawan Minahasa yang menjadi Dosen di Institut Agama Kristen Negeri Manado itu.
Deni Pinontoan kemudian meluruskan soal penggunaan kata makanan ekstrim untuk penyebutan hewan tak biasa seperti anjing, kucing, ular patola, kelelawar dan yaki sebagai
santapan kebanyakan masyarakat Minahasa.
Menurut Deni Pinontoan, untuk penggunaan kata ekstrim di sini maksudnya adalah sesuatu yang tidak biasa.
Kategori berlebihan. Kalau perspektif budaya sebenarnya kata Deni bahkan ditemukan di semua kebudayaan adalah orang yang konsumsi makanan yang bagi orang lain tidak biasa, namun bagi orang itu biasa.
“Nah. Demikian maka kata ekstrim itu label. Label atau stigma kalau dia bermakna negatif. Tapi ini kan awalnya dia mau dimaksudkan dalam makna positif untuk pariwisata. Menyampaikan ke masyarakat umum, terutama yang di luar Sulawesi Utara bahwa ada makanan itu loh di Minahasa, tapi kemudian disadari bahwa hal ini menjadi bulan bulanan, terutama para turis datang dengan berbagai motivasinya,” terang Deni Pinontoan.
Penggunaan hewan tak biasa seperti kelelawar, ular patola hingga yaki dalam acara-acara orang Minahasa sebenarnya jadi persoalan. Hal itu karena tiga hewan tersebut tidak ada
dalam tradisi leluhurnya orang Minahasa.
"Jadi 3 hewan itu tidak ada dalam tradisi leluhur Minahasa. Namun kenapa sampai hewan itu akhirnya dikonsumsi, ya berarti itu pilihan.
Deni kemudian menyebut kenapa monyet atau yaki, ular patola dan kelelawar itu tidak digunakan dalam tradisi orang Minahasa karena tidak ditemukannya dokumentasi, sejarah, budaya ada pesta orang yang mengonsumsi.
"Tidak ada dokumentasi monyet atau yaki menjadi syarat misalnya dalam pesta pernikahan untuk menjamu tamu. Syarat untuk menjamu tamu pernikahan yakni babi. Kalau rumah baru syaratnya anjing, sementara tikus itu makanan orang kampung yang biasa didapat di belakang rumah,"jelas Deni. (Ind)
Baca Berita Lainnya di: Google News
Penerapan Konsep One Health di Tengah Kebiasaan Masyarakat Sulut Menjual dan Mengonsumsi Satwa Liar |
![]() |
---|
Masyarakat Sulut Konsumsi 12 Ribu Ekor Kelelawar per Hari, Pengucapan dan Natal Capai 100 Ribu Ekor |
![]() |
---|
Minahasa Berpotensi Jadi Daerah Penyebar Penyakit, Minum Saguer, Jual dan Makan Paniki Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Kisah Tini Kondoj, Penjual Hewan Ekstrim Pasar Kawangkoan Minahasa, Jarinya Sering Digigit Kelelawar |
![]() |
---|
Ancaman Zoonosis di Balik Perdagangan dan Konsumsi Satwa Liar di Minahasa Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.