Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Selayang Pandang, Hari Masyarakat Adat Sedunia

Hari Masyarakat Adat Internasional 2023 yang jatuh pada tanggal 9 Agustus bertajuk 'Pemuda adat sebagai agen perubahan untuk penentuan nasib sendiri'

Editor: David_Kusuma
Dok Pribadi
Efraim Lengkong (Pemerhati Sosial Budaya) 

Penulis: Efraim Lengkong (Pemerhati Sosial Budaya)

HARI Masyarakat Adat Internasional 2023 jatuh pada tanggal 9 Agustus bertajuk 'pemuda adat sebagai agen perubahan untuk penentuan nasib sendiri'.

Tema ini menegaskan kembali peran yang harus diambil oleh pemuda adat dalam pengambilan keputusan sembari mengakui upaya-upaya berdedikasi mereka dalam aksi iklim, pencarian keadilan bagi masyarakat adat, dan penciptaan hubungan antargenerasi yang menjaga budaya, tradisi, dan kontribusi mereka tetap hidup.

Khususnya di Indonesia yang memiliki banyak pulau suku bangsa dengan beraneka ragaman 'budaya/istiadat dan kemudian dari keanekaragaman itu membentuk satu keragaman orang Indonesia 'satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air'.

Di Sulawesi Utara sejatinya hanya memiliki 6 etnis yaitu Minahasa/Pasan/Bolang Mangondow/Sangihe/Bantik.

Dalam perkembangan jaman masyarakat "interinsuler" datang dan menetap di manado di antaranya 'Borgo/Jawa/Gorontalo dan Tionghoa.

Di era Tonaas Wanko Mayjen TNI Hein Victor Worang Gubernur Sulawesi Utara periode 1967-1978 mempersatukan semua etnis/adat dan agama menjadi satu adat dan budaya orang Sulawesi Utara.

Nuansa tolong menolong orang Sulawesi Utara yang dipandang indah dan damai di daulat oleh mantan gubernur Sulawesi Utara 1995 - 2000 Evert Ernest Mangindaan dengan #torang samua basudara, slogan ini kemudian menjadi jargon 'stabilitas' orang Sulawesi Utara.

Tajuk 'Pemuda adat sebagai agen perubahan untuk penentuan nasib sendiri', menjadi tantangan bagi generasi muda untuk membangun bangsa ini, berlandaskan adat dan budaya yang baik, dimana para leluhur kita sudah mengajarkan untuk' Jangan mencuri (korupsi) jangan menginginkan istri/kepunyaan orang dalam arti seluas-luasnya seperti mengambil lahan orang lain (mafia tanah) menipu atau 'lempar batu sembunyi tangan' (hoax) fitnah, hate speech (ujaran kebencian).

Tajuk ini juga mengingatkan orang-orang tua terlebih para tonaas yang berlindung di balik ormas harus memberikan contoh yang baik bagi generasi penerus, sebagai mana yang tertulis dalam firman Tuhan.

'Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun' Ulangan 6:7

Mari kita menengok kebelakang dan 'melawan lupa' di mana para pahlawan asal 'Minahasa' notabene 'Sulawesi Utara' seperti Sam Ratulangi yang sudah meletakkan fondasi yang kokoh 'Si Tou Timou Tumou Tou' (manusia hidup untuk menghidupkan orang lain).

Ibu Maria Walanda Maramis yang sudah mengangkat 'emansipasi' persamaan hak perempuan dan laki-laki jauh sebelum kartini dan membuat sekolah yang dikenal dengan PIKAT (percintaan ibu kepada anak temurun).

Alexander Andries Maramis (A.A. Maramis) keponakan Maria Maramis ini mempunyai andil dalam penyusunan dan menandatangani naskah kemerdekaan Indonesia dibantu oleh asisten 'stenografi' Nona Karundeng. (*)

SELAMAT HARI MASYARAKAT ADAT SE DUNIA

I YAYAT U SANTI, TUMBAL UN KEDUNG.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved