Catatan Wartawan
Nyepi dan Kemakmuran di Mopuya Bolmong Sulawesi Utara
Di hari raya nyepi, saya kerap teringat Mopuya.Desa di pedalaman Kabupaten Bolmong Sulawesi Utara ini mayoritas penduduknya beragama Hidu
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Di hari raya nyepi, saya kerap teringat Mopuya.
Desa di pedalaman Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara (Sulut) ini mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Beberapa tahun lalu, saat masih kepala biro di Bolmong, saya selalu ke desa ini kala Nyepi. Untuk meliput 1001 cerita di balik keheningan yang kudus itu.
Salah satunya kisah menyentuh tentang umat beragama lain yang ikutan "nyepi" demi menghargai saudaranya umat Hindu.
Namun kisah Mopuya bukan hanya Nyepi. Tapi juga kemakmuran.
Memasuki desa tersebut, aroma kemakmuran terasa kuat.
Rumah mewah sekaligus tempat usaha.
Tempat pemujaan dengan arsitektur Hindu beserta taman yang asri dalam kompleks rumah.
Kendaraan roda empat dan dua berjejer di garasi yang letaknya di belakang tempat pemujaan.
Di kiri kanan jalan terdapat toko - toko besar yang menjual pakaian, alat bangunan hingga ponsel.
Sawah berukuran besar dan terawat menyeruak di antara rumah penduduk.
Menurut saya, ini desa paling makmur di Sulut. Salah satu cirinya adalah jika barang anda jatuh disana, tak usah takut hilang.
"Kalau dompet Anda jatuh di sini, tak ada yang akan ambil," kata seorang warga kepada saya.
Kemakmuran tersebut merupakan buah perjuangan dari warga transmigran Bali.
Perjuangan mereka bak kisah perwayangan, di mana seseorang harus menahankan derita yang panjang, menanggung hinaan, demi menempuh jalan yang mulia, dan akhirnya kemenangan jadi milik yang tabah, tulus serta sabar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.