Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Kenangan Reinhold Lontokan tentang Pergolakan Permesta di Sulawesi Utara: Tidak Ada yang Menang

Reinhold menuturkan, pembicaraan untuk kesepakatan damai itu bertempat di Desa Malenos Baru, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Editor: Rizali Posumah
HO
Permesta saat berdamai dengan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI: Sekarang TNI). 

Reinhold Lontokan sendiri saat ini tinggal bersama anaknya di Desa Lelema, Kecamatan Tumpaan.

Istrinya, Sovice Onibala, sudah meninggal tahun 2017 silam.

Tentang Wim Tenges

Pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Wim Tenges sendiri adalah salah satu dari dua Brigade terkuat yang dimiliki Permesta, yakni Brigade WK.III.

Brigade WK.III pimpinan Kolonel Wim Tenges ini terkenal disiplin, loyal dan gigih di medan tempur.

Dalam buku berjudul Permesta Dalam Romantika, Kemelut, & Mister, Phill M Sulu menjelaskan, Kolonel Wim, secara militer adalah sosok yang cerdas dan ahli strategi.

Kedisiplinan dan kerapihan pasukannya saat bergerak, serta moral prajuritnya menjadi pembeda utama dengan Brigade 999 pimpinan Jan Timbuleng (pasukan Permesta lainnya yang dianggap tangguh).

Meski dikenal ganas di medan tempur, Brigade 999 dinilai tidak menggambarkan satuan militer yang profesional sebagaimana Brigade WK.III.

Selain itu, sosok Wim juga punya prestasi yang baik di bidang militer.

Wim adalah mantan komandan kompie dari Batalyon Worang.

Berjuang dan turut aktif sebagai petempur lapangan dari masa perang revolusi di Surabaya, aksi militer I dan ke II, pendaratan di Jeneponto, pendaratan di Manado.

Ia juga terlibat dalam pertempuran melawan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Setelah pasukan-pasukan Permesta yang berbasis di sekitar Minahasa Selatan berdamai dengan Pemerintah Pusat RI, selanjutnya yang berada di daerah lain seperti Tomohon dan Tondano juga mengadakan perdamaian.

Tercatat lebih dari 20.000 pasukan Permesta dengan sekitar 8000 pucuk senjata dibawah pimpinan AE Kawilarang, DJ Somba, Wim Tenges, Abe Mantiri, Lendy Tumbelaka dan kawan-kawan di 4 WK yang ada, kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Permesta sendiri dideklarasikan oleh Letnan Kolonel Ventje Sumual selaku pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 di Makassar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved