Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pahlawan Nasional

Sosok Nani Wartabone dan Kisahnya Usir Penjajah dari Tanah Gorontalo, Punya 9 Keturunan

Bagi Indonesi dan masyarkat Gorontalo khususnya, Nani Wartabone adalah seorang pahlawan.

Editor: Alpen Martinus
Kolase TribunGorontalo.com
Potret dan tugu Nani Wartabone di Kota Gorontalo. Gorontalo punya cerita patriotik Nani Wartabone yang puncaknya 3 tahun belum kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 

Belanda yang sudah mencium kekalahan berencana menghilangkan aset-aset hasil jajahannya di Gorontalo. 

Beruntung, sebelum rencana itu dilancarkan, Saripa Rahman Hala, seorang penyidik di Pemerintahan Belanda membocorkan informasi kepada para pejuang Gorontalo. 

Dari Saripa, informasi diketahui Kaharu dan Ahmad Hippy, lalu sampai ke telinga Kusno Danupoyo, hingga akhirnya terdengar juga oleh Nani Wartabone.

Sebagai masyarakat Gorontalo yang sudah lama menyaksikan kekejaman Belanda ini, lantas bergerak untuk berjuang. Ia mengumpulkan rekan-rekannya dan menyusun strategi mengakhiri kekuasaan Belanda di Gorontalo. 

Basri Amin dalam tulisannya menyebut, bahwa Nani Wartabone membentuk kumpulan tokoh pejuang bernama “Komite 12”. Pertemuan itu dilakukan di sebuah kediaman Kusno Danupoyo di Ipilo yang posisinya berada persis di depan Gedung Nasional saat ini. 

Komite 12 dibentuk sebagai gerakan solid melawan kondisi Gorontalo saat itu. 

“Ketika itu, situasi kota Gorontalo di malam hari mencekam. Karena Pemerintah Hindia Belanda sudah membentuk Vernielings Corps (VC), yaitu bagian kepolisian yang akan membumi hanguskan kota Gorontalo,” tulis Basri Amin dikutip Senin (23/1/2023).  

Saat itu menurut Basri, pasukan Belanda panik akan kedatangan Jepang yang sudah menguasai sejumlah titik di Sulawesi. 

Saat itu pada Desember 1941, Perang Asia Timur Raya (Daitoa Senso) yang dikobarkan Jepang dengan secara tiba–tiba menyerang Pearl Harbour di Kepulauan Hawai.

Dampaknya hingga menghancurkan pasukan dan kapal Angkatan Laut Amerika Serikat. Tak lama setelah itu, menyerang kilang minyak di Balikpapan pada 6 Januari 1942.

Inilah yang membuat Belanda ketar-ketir hingga ingin meratakan aset-aset yang mereka kuasai di Gorontalo. Harapannya, tidak dikuasai Jepang untuk melawan Belanda. 

VC ini memang sudah sempat melancarkan aksinya. Berhasil menghanguskan satu gudang kopra di Pantai Leato atau saat ini masuk dalam Kampung Tenda. 

Lalu juga telah membakar satu kapal motor “Kololio” milik pengusaha Lasahido di pelabuhan Kwandang, Gorontalo Utara. 

Nani Wartabone pun lantas menyusun langkah strategis. Ia menjalin hubungan rahasia dengan Pendang Kalengkongan, Kepala Kantor Telegraf di Kantor PTT (Post, Telefoon en Telegraaf) Gorontalo.

Kantor PPT ini dulunya sebagai obyek vital, dijaga anggota Polisi dari suku Gorontalo dan Minahasa. 

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved