Catatan Akhir Tahun
Atasi Sampah di Manado Sulawesi Utara, Pakai Gaya Zhuge Liang atau Sun Tzu?
Banyak fasilitas baru yang didirikan di Kota Manado pada tahun 2022. Namun, sampah masih menjadi persoalan pertama Kota Tinutuan ini.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Impian ratusan tahun warga Manado, Sulawesi Utara, terwujud pada 2022.
Di tahun macan air, Manado akhirnya punya fasilitas kota terbaik.
Ada Malalayang Beach Walk (MBW) yang jadi ikon wisata baru Manado.
Kemudian Pasar Bersehati dengan konsep wisata hingga orang bisa belanja sambil berwisata.
Hadir pula Pasar Tematik di Tongkaina yang merupakan surga UMKM dan penghubung aktivitas wisata di Manado dan Likupang, Minahasa Utara.
Kemudian Taman Kesatuan Bangsa yang disulap terang benderang dan kini pas menyandang ikon kota Manado.
Daftarnya sangat panjang.
Ada kawasan pedestrian bergaya Eropa dan Jepang yang tengah dibangun di Jalan Pierre Tendean.
Terdapat kurang lebih 30-an jalan yang dulu rusak parah kini mulus bak kulit putih orang Manado.
RSUD Manado dipermak, juga Rusunawa Tingkulu.
Di sektor pendidikan, Manado ketambahan 3 SMP dan 11 TK.
Wajar jika warga Manado bermimpi punya kota dengan infrastuktur terbaik.
Selama ini, Manado adalah kota yang bisa dibilang punya fasilitas paling buruk di Indonesia.
Trotoar rusak, lampu jalan mati, dan ruang publik jadi lokasi prostitusi.
Banyak jalan yang sudah puluhan tahun rusak.
Dan kita terbiasa dengan keadaan itu, seakan menerima jika itu sudah takdir Manado.
Wali Kota Manado, Andrei Angouw, dan Wakil Wali Kota Manado, Richard Sualang, datang dengan sebuah mimpi menjadikan Manado sebagai kota dengan infrastruktur terbaik seperti Singapura dan kota-kota di Eropa.
Ia menolak anggapan Manado kumuh adalah takdir dan mengajak kita bermimpi dan bekerja untuk mewujudkan mimpi itu.
Maka 2022 adalah panggung mimpi warga Manado.
Namun tak semua impian bisa direngkuh.
Ada yang sengaja dijauhkan oleh takdir agar manusia tak takabur, terus berupaya meraih dan berdoa. Sampah.
Mimpi kita agar Manado bebas dari sampah masih jauh panggang dari api.
Tak perlu teori muluk untuk membuktikan itu.
Berjalan kaki lah di Manado, dan Anda bisa temui Sampah di mana-mana.
Di jalan, saluran air, kantor, sekolah, tempat wisata, rumah ibadah, dan sungai.
Aparat Dinas Lingkungan Hidup Manado sudah berjuang keras membersihkan Manado.
Itu saya lihat dengan mata kepala sendiri.
Pejabatnya kerja sampai larut, bahkan hingga tidur di TPA.
Begitu pun para petugas sampah.
Banyak yang saya temui bekerjakeras melebihi penghasilan mereka.
Berbagai cara penanganan sampah modern pun diciptakan.
Terbaru adalah metode SPA yang memungkinkan sampah diangkut dari motor sampah langsung ke truk sampah.
Sumber permasalahan sampah di Manado adalah kurangnya kesadaran warga.
Ini masalah hati.
Dalam kisah Sam Kok atau Tiga Negara, Zhuge Liang menaklukkan negeri lamban dengan cara unik.
Awalnya ia menangkap Ben Hek, si Raja Lamban.
Namun Ben Hek menyebut Zhuge Liang menang karena licik.
Zhuge Liang lantas melepaskan Ben Hek.
Dan hal itu berlangsung sampai lima kali.
Zhuge Liang menangkap Ben Hek, melepasnya, menangkap lagi, melepasnya lagi.
Baca juga: Gempa Terkini Guncang di Darat Wilayah Sumut Jumat 30 Desember 2022, Berikut Info BMKG Magnitudonya
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok, Sabtu 31 Desember 2022, Gemini Santai, Libra Terlibat Masalah
Ketika tertangkap kelima kalinya, Ben Hek benar-benar takluk. I
a mengakui kehebatan Zhuge Liang.
Zhuge Liang, sang ahli perang termahsyur Kerajaan Han berulangkali melepaskan Ben Hek karena ia ingin raja tersebut takluk dari hati.
Jika hanya pikiran yang takluk, maka Ben Hek pasti berontak lagi.
Namun ia kena di hati hingga berjanji setiap pada Kerajaan Han.
Saya kira, inilah strategi Andrei Angouw untuk mengatasi sampah.
Ia paham betul permasalahannya ada pada kurangnya kesadaran warga.
Ia terus mengimbau warga agar tidak buang sampah sembarangan.
Tokoh agama ia rangkul dalam perang melawan sampah.
ASN dan ketua lingkungan dia minta terus menggelorakan mantra jangan buang sampah.
Gol dari itu semua adalah warga tersentuh hatinya dan tidak lagi buang sampah sembarangan.
Namun, hati warga Manado telah terlanjur membatu.
Imbauan, sekalipun dari tokoh agama dengan ayat-ayat suci tidak akan mempan.
Lihat saja bagaimana mereka membuang sampah di sungai.
Seolah tanpa dosa membuang botol air mineral, pampers, bangkai binatang, hingga kotoran manusia.
Padahal sungai itu mereka tahu adalah hajat hidup warga Manado.
Maka membuang sampah ke sungai adalah bunuh diri.
Mungkin Andrei Angouw harus melupakan Zhuge Liang.
Dia harus berpaling ke Sun Tzu, ahli perang yang menulis kitab perang Cina Kuno ini punya seabrek strategi.
Salah satunya cocok dalam konteks perang melawan sampah, yakni pemberian hukuman dan hadiah.

Siapa yang berbuat salah harus dihukum.
Sebaliknya yang berprestasi diberi hadiah.
Implementasinya, pembuang sampah sembarangan harus dihukum dengan keras.
Ada Perda yang mengatur, dengan sanksi 3 bulan penjara dan denda 50 juta.
Saya kira cara keras ini harus dipakai.
Harus ada pembuang sampah brutal di Manado yang masuk bui karena buang sampah sembarangan.
Ini agar ada efek jera, supaya warga lain takut buang sampah sembarangan dan dari situ muncul kesadaran.
Seorang petugas sampah pernah curhat pada saya, banyak warga Manado yang membuang sampah di sungai dan meledek para petugas sampah.
"Kalau saja ada CCTV dipasang di pinggir sungai," katanya.
Saya kira cara ini bisa dipakai.
Taruhlah CCTV di pinggir sungai atau di lokasi umum dan pantau siapa warga yang buang sampah sembarangan.
Mereka yang kedapatan bisa dihukum masuk penjara atau denda berat.
Cara yang keras ini dibarengi cara persuasif dengan pemberian imbauan untuk tidak buang sampah di rumah ibadah.
Pemkot Manado juga saya kira perlu memberikan hadiah bagi individu yang peduli sampah.
Siapa saja yang terpantau di CCTV mengangkat sampah bukan miliknya, patut diberi hadiah.
Pemberian sanksi dan hadiah akan membuat warga Manado sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.
Saya melihat cara ini sudah mulai diadopsi.
Sidang tindak pidana ringan (tipiring) berlangsung dimana-mana, hanya saja hukumannya kurang greget, juga kurang masif.
Baca juga: Kapolda Sulawesi Utara Minta Kurangi Pawai Tahun Baru 2023: Masyarakat Rayakan di Rumah
Baca juga: Calon DPD RI Sulawesi Utara Cuma 11 Orang, Pengamat Pemilu: Syaratnya Makin Berat
Perlu lebih keras lagi, karena hanya itu satu-satunya cara.(*)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.