Berita Sulut
PWNU Sulut Dukung KH Yahya Cholil Staquf Dalam Muktamar Lampung
Pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara (Sulut) mendukung KH Yahya Cholil Staquf (YCS) sebagai Ketua Umum PBNU
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Pada 31 Mei 2018, Gus Yahya dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, Jakarta.
Gus Yahya pada tahun 2014, tercatat menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yaitu Bayt Ar-Rahmah Li adDa’wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.
Kakak dari Menteri Agama Gus Yaqut ini pernah dipercaya menjadi tenaga ahli perumus kebijakan pada Dewan Eksekutif Agama Agama di Amerika Serikat – Indonesia yang didirikan berdasarkan perjanjian bilateral yang ditandatangani oleh Presiden Obama dan Presiden Jokowi pada Oktober 2015 untuk menjalin kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia.
Gus Yahya juga pernah didaulat sebagai utusan GP Anshor dan PKB untuk jaringan politik tersebar di Eropa dan Dunia, Centrist Democrat International (CD) dan European People’s Party (EPP).
American Jewish Committee (AJC) pernah mengundangnya berpidato tentang resolusi konflik keagamaan di sana dan menawarkan gagasan bernas.
Gus Yahya sering didaulat menjadi pembicara internasional di luar negeri. Seperti pada Juni 2018, Yahya menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel.
Dalam forum ini, Gus Yahya menyuarakan menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk konflik yang disebabkan agama.
Ia menawarkan perdamaian dunia melalui jalur-jalur penguatan pemahaman agama yang damai.
Pada 15 Juli 2021, Gus Yahya mendapatkan apresiasi tinggi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit, di Washington, DC, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menyampaikan pidato kunci dengan judul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius).
Pada hari ketiga konferensi tingkat tinggi (KTT) tersebut Gus Yahya mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh dunia.
Gus Yahya menjelaskan bahwa dinamika bangkitnya nasionalisme religius merupakan bagian metode untuk pertahanan ketika suatu kelompok agama yang biasanya merupakan mayoritas di negaranya merasa terancam secara budaya. (Art)
Baca juga: Kronologi Perseteruan Ibu Arteria Dahlan dan Anggiat Pasaribu, Fakta Lain si Adik Jenderal Terungkap
Baca juga: Nasib Artis Cilik Dulu Tenar, Kini Hidup Susah Bersama Ibu, Terpaksa Jualan Warteg Hingga Parfum
Baca juga: Cara Pulihkan Chat dan Akun WhatsApp di HP Saat Terhapus, Cukup Lakukan Hal Ini