Berita Sulut
PWNU Sulut Dukung KH Yahya Cholil Staquf Dalam Muktamar Lampung
Pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara (Sulut) mendukung KH Yahya Cholil Staquf (YCS) sebagai Ketua Umum PBNU
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Utara (Sulut) mendukung KH Yahya Cholil Staquf (YCS) sebagai Ketua Umum PBNU dalam Muktamar nanti. Sulut tak sendiri.
Tiga PWNU lainnya di Indonesia Timur yakni Gorontalo, Maluku Utara (Malut) dan Sulawesi Tengah (Sulteng) juga bulat mendukung penuh orang kepercayaan mendiang Presiden RI 4 Abdurahman Wahid atau Gus Dur ini.
Ketua PWNU Sulut Ulyas Taha mengatakan 4 PWNU dan 42 PCNU dari ke empat provinsi bertemu di Manado baru baru ini. Pertemuan tersebut dihadiri Yahya Cholil Staquf.
Yahya memaparkan visi dan misinya.
"Pada momen itu kami makin yakin Gus Yahya sangat layak memimpin NU periode selanjutnya," katanya Kamis (25/11/2021).
Menurut dia, Yahya memenuhi semua kriteria menjadi Ketua Umum PBNU. Ia dikenal sebagai intelektual serta berpengalaman.
Taha membeber, pihaknya juga mendesak agar muktamar Lampung dipercepat karena situasi bangsa yang masih dilanda Covid 19.
Dikutip dari Wikipedia, Yahya Cholil Staquf dikenal juga dengan sapaan Gus Yahya (lahir 16 Februari 1966) adalah ulama berkebangsaan Indonesia.
Gus Yahya dikenal sebagai kiai, ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan saat ini menjabat sebagai Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Gus Yahya adalah saudara dari Menteri Agama RI KH. Yaqut Cholil Qoumas. Gus Yahya merupakan putra dari KH. Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ia juga dikenal sebagai pengasuh pondok pesantren Roudlotut Tholibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
Riwayat pendidikan Gus Yahya tercatat pernah menimba ilmu di pesantren dan ia adalah murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta.
Pada jenjang pendidikan tinggi, ia tercatat pernah menempuh pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Pada saat menjadi mahasiswa, ia juga aktif dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta.
Kiprah Yahya Cholil Staquf di NU tidak diragukan lagi. Tercatat ia menjadi Sekretaris Umum Katib Syuriah PBNU sejak 2015 sampai sekarang
Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada 31 Mei 2018, Gus Yahya dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, Jakarta.
Gus Yahya pada tahun 2014, tercatat menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yaitu Bayt Ar-Rahmah Li adDa’wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmat alam.
Kakak dari Menteri Agama Gus Yaqut ini pernah dipercaya menjadi tenaga ahli perumus kebijakan pada Dewan Eksekutif Agama Agama di Amerika Serikat – Indonesia yang didirikan berdasarkan perjanjian bilateral yang ditandatangani oleh Presiden Obama dan Presiden Jokowi pada Oktober 2015 untuk menjalin kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia.
Gus Yahya juga pernah didaulat sebagai utusan GP Anshor dan PKB untuk jaringan politik tersebar di Eropa dan Dunia, Centrist Democrat International (CD) dan European People’s Party (EPP).
American Jewish Committee (AJC) pernah mengundangnya berpidato tentang resolusi konflik keagamaan di sana dan menawarkan gagasan bernas.
Gus Yahya sering didaulat menjadi pembicara internasional di luar negeri. Seperti pada Juni 2018, Yahya menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel.
Dalam forum ini, Gus Yahya menyuarakan menyerukan konsep rahmat, sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk konflik yang disebabkan agama.
Ia menawarkan perdamaian dunia melalui jalur-jalur penguatan pemahaman agama yang damai.
Pada 15 Juli 2021, Gus Yahya mendapatkan apresiasi tinggi dari tokoh-tokoh perdamaian dunia dalam perhelatan International Religious Freedom (IRF) Summit, di Washington, DC, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menyampaikan pidato kunci dengan judul “The Rising Tide of Religious Nationalism” (Pasang Naik Nasionalisme Religius).
Pada hari ketiga konferensi tingkat tinggi (KTT) tersebut Gus Yahya mendapat apresiasi dari tokoh-tokoh dunia.
Gus Yahya menjelaskan bahwa dinamika bangkitnya nasionalisme religius merupakan bagian metode untuk pertahanan ketika suatu kelompok agama yang biasanya merupakan mayoritas di negaranya merasa terancam secara budaya. (Art)
Baca juga: Kronologi Perseteruan Ibu Arteria Dahlan dan Anggiat Pasaribu, Fakta Lain si Adik Jenderal Terungkap
Baca juga: Nasib Artis Cilik Dulu Tenar, Kini Hidup Susah Bersama Ibu, Terpaksa Jualan Warteg Hingga Parfum
Baca juga: Cara Pulihkan Chat dan Akun WhatsApp di HP Saat Terhapus, Cukup Lakukan Hal Ini